SECARA sadar maupun tidak, jiwa kita terbentuk dari data-data yang masuk dalam diri kita. Data-data itu bisa berupa segala hal yang sudah kita lihat, yang sudah kita dengar, dan yang sudah kita tonton. Semua itu bisa berasal dari keluarga, teman, lingkungan, serta media massa.
Apalagi pada era digital saat ini, banyak tontonan yang memengaruhi jiwa kita secara sadar atau tidak sadar, karena setiap kalangan, baik yang tua, bahkan anak kecil sekalipun, pasti sudah memegang handphone.
Setiap waktu dimanapun kita berada pasti kita melihat orang yang sedang pegang handphone, ditambah dengan era pandemi yang telah berlalu, semuanya seolah-olah dipaksa untuk beralih ke dunia digital.
Jadi sebenarnya, kondisi jiwa manusia saat ini sangat dipengaruhi apa yang ia tonton, apa yang sering ia like, siapa yang ia subscribe, dan siapa yang ia follow.
Bahkan, mungkin pelajaran-pelajaran di sekolah memiliki sedikit pengaruh dibandingkan media massa. Siswa belajar di sekolah 5-8 jam (tergantung tingkat kontsentrasi). Sedangkan selebihnya tergantung pada diri setiap pribadi.
Jadi, jika hari-hari yang kita tonton adalah hal-hal yang galau, maka siap-siap jiwa kita akan sering galau. Begitupun jika yang kita tonton itu hal-hal yang negatif, maka jangan heran jiwa yang dibentuk adalah jiwa yang sering negatif.
Pada era digital saat ini, pendidikan karakter sangat penting untuk ditanamkan serta diajarkan kepada peserta didik, agar peserta didik dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Karena itulah dalam transfer of caracter dilakukan oleh manusia, dilakukan oleh ulama yang punya kredibilitas, yang punya karakter untuk mentransfer kepada peserta didiknya.
Seperti halnya dalam sejarah bahwa tidak mungkin menghasilkan orang-orang yang berakhlak baik kecuali oleh guru-guru yang berakhlak baik. Tidak mungkin dilahirkan para pembernai kecuali oleh para pemberani. Seekor singa tidak dididik oleh serigala dan seekor gagak tidak terbang bersama elang.
Artinya, kita mendapatkan keberanian dari orang pemberani. Kita mendapatkan kejujuran dari orang yang jujur. Tentunya untuk mencapai pendidikan karakter yang meningkatkan kualitas pendidikan dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, yaitu kerja sama pihak sekolah, orangtua (keluarga) peserta didik, serta lingkungan peserta didik tersebut. Sehingga mampu mencapai pendidikan karakter yang meningkatkan kualitas pendidikan, pembelajaran serta menghasilkan generasi bangsa yang gemilang pada era digital saat ini dan pada masa yang akan datang. (*)