Panyabungan, StartNews – Sejarah Mandailing pada penjajahan Hindia Belanda cukup menarik untuk ditelusuri. Seperti sejarah singkat Mandailing yang ditulis akun SORIK MARAPI NEWS di laman Facebok-nya, sebagai berikut:
Tahun 1834. Dua perwira Paderi, yakni Ja Mandatar Lubis dan Kali Rancak Lubis, dibaptis oleh Pendeta Verhouven menjadi Kristen Calvinis. American Baptist Mission mengirim tiga orang pendeta, Lyman, Munson, dan Ellys, untuk ditempatkan di Pakantan guna membantu Pendeta Verhouven.
Tahun 1834. Kolonel Elout berhasil menguasai Angkola tanpa perlawanan dari Inggris.
Tahun 1838. Belanda membentuk Residen Air Bangis dalam Gouvernemen Sumatra’s Westkust.
Tahun 1840. Panyabungan menjadi ibu kota Asisten Residen Mandailing Natal dalam Gubernemen Sumatra’s Westkust.
Tahun 1857. Kawasan Mandailing, Angkola, dan Rao disatukan dalam Karesidenan Air Bangis.
Tahun 1861. Pendeta-pendeta Jerman menggantikan Pendeta-pendeta Belanda di Sipirok, yaitu Pendeta Van Asselt dan Klammer.
Tahun 1863. Ludwig Ingwer Nommensen ditemani Ja Mandatar Lubis dan Kali Rancak Lubis pindah dari Sipirok ke Silindung.
Tahun 1869. American Baptist Mission dan British Baptist Mission tidak mau mengongkosi pendeta di Pakantan, karena susah dikembangkan.
Tahun 1869-1918. Pendeta-pendeta Mennoniet dari Ukraina datang ke Pakantan. Mereka berhenti melakukan misi setelah Dinasti Romanov tumbang.
Tahun 1873. Silindung dimasukkan ke dalam Residensi Air Bangis setelah berhasil ditaklukkan Belanda. Kaum Muslimin (umat Islam) di Silindung diusir dan masjid di Tarutung dibongkar.
Tahun 1881. Daerah Tano Batak (Toba) berhasil ditaklukkan Belanda dan dilanjutkan dengan pengkristenan masyarakatnya. Hal ini membuat Wali Negeri Bakkara, Sisingamangaraja XII yang berada di bawah Kesultanan Aceh melakukan perlawanan sengit pada tahun 1882-1884.
Tahun 1885. Karesidenan Mandailing Natal terbentuk dan beribu kota di Padangsidempuan.
Tahun 1906. Pusat pemerintahan Residen Mandailing Natal dipindahkan dari Padangsidempuan ke Sibolga dan berubah menjadi Karesidenan Tapanuli, yang termasuk di dalamnya afdeeling Sibolga dan Bataklanden.
Tahun 1945
- Daerah Angkola-Sipirok dibentuk menjadi suatu kabupaten yang dikepalai oleh seorang bupati yang berkedudukan di Padangsidempuan.
- Daerah Padang Lawas dijadikan suatu kabupaten yang dikepalai oleh seorang bupati yang berkedudukan di Gunung Tua. Bupati pertamanya adalah Parlindungan Lubis dan kemudian Sutan Katimbung.
- Daerah Mandailing Natal dijadikan suatu kabupaten yang berkedudukan di Panyabungan. Bupati pertamanya adalah Junjungan Lubis dan kemudian Fachruddin Nasution.
- Sesudah tentara Belanda memasuki Padangsidimpuan dan Gunung Tua, daerah administrasi pemerintahan masih tetap seperti biasa. Hanya Kantor Bupati dipindahkan secara gerilya ke daerah yang aman dan belum dimasuki oleh Belanda.
- Pada umumnya orang yang tinggal di daerah Mandailing Natal dan sekitarnya tidak mau disebuat Batak walau ada sebagian kecil yang bangga dengan label tersebut. Misi Zending membatakkan Mandailing berakhir pada perjanjian Batak Maninggoring tahun 1922 bahwa penjajah Hindia Belanda mengakui Mandailing bukan Batak.
- Ada orang-orang tertentu tetap menjalankan pembatakan ini dengan menjadikan tarombo WM Hutagalung 1926 (Kidemang Hindia Belanda) sebagai data rujukan/pendekatan kesukuan bermarga bisa jadi sejarah serumpun dan seleluhur. (***)