PEKERJAAN sebagian besar warga Mandailing Julu (Kotanopan dan sekitarnya), Mandailing Godang (Panyabungan dan sekitarnya) dan Mandailing Jae (Siabu dan sekitarnya) adalah petani sawah dan petani perkebunan karet.
Seperti kita ketahui, beras memang harganya tidak stabil dan cenderung naik. Namun, kenaikan harga ini jarang dinikmati petani, karena sebagian besar dari mereka menjual gabahnya kepada tauke dengan harga murah oleh berbagai sebab.
Sementara petani kita boleh dibilang kebanyakan petani penggarap dan masih berpola subsisten. Dampaknya jika terjadi inflasi atau gagal panen atau kenaikan harga pupuk, bibit, dan sebagainya, maka daya beli mereka akan tergerus dan pastinya untuk berbelanja takjil di Ramadan ini mereka akan berpikir dua kali.
Khusus bagi petani kebun karet, data terakhir yang saya peroleh (1 tahun yang lalu), posisi perkebunan karet rakyat di Madina terdapat 10 ribu hektare status Tanaman Tidak Menghasilkan (TTM) karena menua. Sebagian berada di kawasan hutan.
Demikian juga harganya tidak pernah lagi bergerak menuju harga normal (15.000), yaitu harga yang moderat menurut petani karet kita akibat permintaan internasional yang terus merosot oleh berbagai sebab.
Harganya tidak stabil dan jatuh sampai 7.000 sampai 10.000 per kilogram, bergantung kualitas dan daerahnya. Kondisi ini juga pasti melemahkan daya beli petani kita, karena sampai saat ini pemerintah daerah relatif pasrah menghadapi persoalan ini dan lebih memilih upaya membagi-bagi bibit dan alat pertanian, baik dari APBD maupun dana desa. Sehingga, tidak menyelesaikan substansi persoalan.
Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, angka kemiskinan di Madina pasti bertambah. Hal ini akan berdampak pada sektor lainnya. Bagi ibu muda, anaknya akan terancam stunting. Pengangguran akan semakin tajam. Angka perceraian semakin tinggi. Anak-anak putus sekolah atau tidak mendapatkan pendidikan yang memadai. Bahkan, yang miris banyak anak-anak kita akhirnya merantau untuk mengadu nasib ke negeri orang dengan keterampilan yang minim. Inilah yang sangat rentan terhadap masa depan mereka dan keselamatan mereka di rantau orang.
Inilah sekelumit kisah yang dihadapi masyarakat kita disana akibat salah kelolanya daerah ini oleh para elitenya.
Mengapa salah kelola?
Kekeliruan kita semua yang tidak pernah berpikir betapa pentingnya sosok pemimpin yang memiliki pemahaman terhadap persoalan-persoalan yang berhadapan langsung dengan hajat hidup orang banyak.
Harapan kita kedepan, masyarakat Madina tersadar dan tidak menjadikan lagi UANG sebagai syarat utama memilih kepala desa, anggota legislatif, dan kepala daerah. Pahami integritas dan rekam jejak para calonnya. Sekali lagi, jangan lagi memilih karena pertimbangan UANG (Politik Uang). (*)
Mantab keritik membangun justru kedepannya untuk memilik mendudukkan seorang bupati atau kepala daerah itu jgn karena serangan pakarnya kita harus pikirkan siapa dari mana pengalamannya adalah dia pengalaman pemerintahan dan BB Bappeda nya suatu saat hrs juga di kaji agar TDK salah pilih dan jgn jadipenyesala ketika Madina TDK sesuai dgn yg di harapkan SDH 4 Bupati silik berganti Namaun Madina tetap sprt yang di tinggalkan pendahulu Alm Amru dly smg kedepan ya msrkt kita SMKN sadar dalam menentukan pemimpin imam di Madina ii horas wss
Benar sekali apa yg di sampaikan bapak di atas tadi,ini hanya sebagai masukan untuk pemangku kepentingan/kepala daerah tahun demi tahun kehidupan masyarakat kita makin terpuruk dengan harga getah karet yg murah,bertambahnya pengangguran,putus sekolah dan yg utama lahan kebun,sawah mulai beralih ke orang2 perkotaan karna di jual,ini terjadi di tmpt saya.tetapi uang dsa yg 1m/THN menjadikan segelintir orang jdi kaya.
Masalah many politic tdk bisa dihindarkan, oleh karena itu diperlukan calon pimpinan kepala daerah yg berani dan punya visi misi yg jelas.
Betul sekali pak.harga karat yg semakin menurun membuat petani karet tidak bersemangat menyadap karetnya.karet murah beras melonjak harganya.dan harga pupuk yg melonjak naik dan barang nya pun susah.kalaupun ada GK bisa semua org membelinya.entah itu permainan gak tau yg jelas mohon di tekankan pak.karna rata² di daerah siabu ini nyadap karet dan sawah.kasihan pak tolong di bantu pak
Baru dengar ada namanya Mandailing Jae ,seharusnya ada juga Mandailing Menek. Sejak kapan ya ??