Panyabungan, StartNews – Sudah dua tahun lahan pertanian warga di dua desa di Kecamatan Panyabungan Utara, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), terendam banjir bercampur material lumpur, pasir, dan sampah akibat pembangunan Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution.
Lahan pertanian warga di Desa Huta Damai dan Desa Kampung Baru terdiri dari 20 hektare lahan persawahan dan 20 hektare lahan perkabunan dan kolam ikan. Jika hujan deras, banjir bercampur material lumpur dan pasir meluap dari parit Saba Lombang yang mengairi lahan pertanian warga.
Akibat banjir, ratusan petani di dua desa tersebut tidak bisa menggarap lahan mereka. Puluhan hektare kebun kelapa dan karet milik warga juga mati.
Hasudungan Pardede, petani di Desa Huta Damai, mengaku lahan pertaniannya sudah dua tahun ini tidak dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Bahkan, menurut dia, setengah dari penduduk Desa Huta Damai dan Kampung Baru sudah kehilangan pekerjaan.
“Beginilah kondisinya, kami tidak bisa lagi menanam padi karana lahan kami tergenang air. Parit tersumbat disebabkan material dari sungai di wilayah Bandara Abdul Haris Nasution,” katanya.
Hasudungan menerangkan, sejak lahan pertanian digenangi air, sebagian petani beralih ke pekerjaan lain seperti kuli bangunan dan mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Para petani berharap pemerintah peduli pada nasib mereka.
Kepala Desa Huta Damai Albert Paulus Sihombing mengaku sudah menyurati Bupati Madina HM Jakfar Sukhairi Nasution untuk memohon petunjuk dan solusi atas penderitaan warganya.
“Efek yang ditimbulkan bencana ini, kami tidak sanggup lagi untuk memulihkannya. Mohon kepada Bapak Bupati agar ini dicarikan solusi terbaik,” ujarnya.
Sementara pihak pengelola bandara pernah merespon dan bersedia memberikan bantuan untuk pengerukan dengan cara gotong-royong. “Ini harus dicarikan solusi agar peristiwa ini tidak terulang dan warga bisa nyaman bertani,” ungkapnya.
Albert memohon bantuan kepada pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten untuk membangun parit baru.
“Menurut kami, solusi terbaik itu adalah penambahan parit agar material yang masuk itu berbagi, tidak semuanya ke Bondar Saba Lombang saja,” tuturnya.
Reporter: Agus Hasibuan