SAYA mengunjungi Desa Pulau Tamang, Kecamatan Batahan, Kabupaten Mandailing Natal pada 25 Maret 2023. Kunjungan ini atas inisiatif saya sendiri sebagai mahasiswa yang berperan sebagai agent of change di masyarakat.
Di Desa Pulau Tamang, saya berdiskusi dengan sejumlah tokoh masyarakat setempat, di antaranya Sekdes Pulau Tamang Mirsyad Husen dan mantan Kades Ansorsyah Nasution yang baru berakhir masa jabatanya dua pekan lalu. Kami berdiskusi tentang kondisi dan upaya yang dapat kita lakukan untuk menjadikan Desa Pulau Tamang lebih baik kedepanya.
Selama ini saya melihat Desa Pulau Tamang menyimpan daya tarik yang luar biasa dan potensial dikembangkan menjadi destinasi wisata yang menjanjikan. Namun, sampai saat ini Desa Pulau Tamang belum mendapat sentuhan dan perhatian yang maksimal dari semua pihak.
Desa Pulau Tamang masuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang sudah dicanangkan. Selama ini Desa Pulau Taman menjadi salah satu daftar destinasi wisata bagi masyarakat Madina, khususnya masyarakat yang berada di kawasan pantai barat. Desa Pulau Tamang banyak dikunjungi pada saat libur Lebaran, tahun baru, hari libur nasional lainnya. Jadi, sangat sayang sekali jika ini tidak dikelola dengan baik.
Selama ini pihak desa juga sangat ingin menjadikan Pulau Tamang menjadi desa wisata. Namun, terkendala karena butuh anggaran yang besar untuk mendukung Pulau Tamang sebagai desa wisata.
Di sisi lain, Pulau Tamang juga memiliki masalah lain. Pertama, jaringan listrik PLN belum masuk ke desa. Kebutuhan listrik masyarakat saat ini berasal dari mesin genset dan diesel yang dimiliki oleh rumah tangga masing-masing. Tidak semua warga Desa Pulau Tamang memiliki mesin tersebut. Sehingga, Pulau Tamang cenderung gelap pada malam hari.
Kedua, belum adanya pembangunan dek penahanan ombak. Di beberapa bibir pantai Pulau Tamang, sudah banyak pohon kelapa yang tumbang karena tidak sanggup menahan terjangan ombak. Hal ini juga menjadi kekhawatiran masyarakat, karena dapat merusak areal perkebunan dan berpotensi terjadinya pengikisan pantai atau abrasi.
Ketiga, belum ada ambulans air untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Saat ini Pulau Tamang dihuni lebih dari 182 kepala keluarga. Masyarakat Pulau Tamang sulit mengakses fasilitas Kesehatan, karena jaraknya jauh ke pusat kecamatan.
Keempat, akses jalan ke Pulau Tamang belum memadai. Saat ini pengunjung Pulau Tamang bisa lewat penyeberangan dari Batahan yang jaraknya lumayan jauh dan memakan waktu serta lewat akses pelabuhan, Namun, kedepanya dermaga tidak akan bisa dilewati lagi, karena pelabuhan akan segera dioperasikan sebagaimana mestinya.
Berbagai permasalahan itulah yang dihadapi masyarakat, sehingga menjadi faktor penghambat untuk mendukung kegiatan wisata di Pulau Tamang.
Untuk memulai menuju desa wisata, kita dapat mulai dengan hal-hal yang kecil terlebih dahulu dan pengunaan anggaran yang ada secara maksimal. Kita dapat memberdayakan masyarakat dengan cara membuat pelatihan tentang keterampilan membuat kerajian dari cangkang kerang laut yang bisa dijadikan hiasan dan oleh-oleh khas dari Pulau Tamang.
Pemberdayaan ibu-ibu PKK untuk membuat kuliner khas Pulau Tamang. Membangun penginapan homestay dengan memamfaatkan rumah warga serta membuat penginapan dengan konsep camping.
Tata kelola pulau, termasuk penambahan pohon atau bunga di sepanjang tepi jalan, membuat jembatan kayu yang menjorok ke laut untuk spots foto, serta menyediakan rumah makan `seafood.
Jika hal ini sudah dibuat, akan menambah daya tarik wisatwan untuk berkunjung ke Pulau Tamang. Juga menarik perhatian para pemangku kepentingan dan menjadi portofolio untuk bisa mengikuti event nasional seperti Program Desa Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diadakan setiap tahun. (*)