HARI pekan. Pagi-pagi riuh. Hari pekan hanya seminggu sekali. Waktunya orang-orang belanja ke pekan. Ibu-ibu membeli beras, ikan asin, dan jajanan. Jajanan khas tahun 70-an biasanya martabak, kue tradisional, atau kembang gula. Kembang gula dinamai taramanis, warnanya merah jambu, dibungkus plastik.
Anak-anak riang. Tentu karena membayangkan adanya oleh-oleh dari pekan. Sebab, hanya sekali seminggu anak-anak bisa makan jajanan. Itu juga kalau ibu ke pekan. Selain itu, siang nanti mereka bisa makan lauk ikan asin.
Makan ikan asin sudah luar biasa. Karena makan daging hanya kalau pas lebaran saja. Ayam juga hanya disembelih kalau ada tamu. Tamu itu disebut “koum”, keluarga dekat yang tinggal di desa lain.
Ikan sungai mudah didapat. Kalau rajin, tiap hari juga bisa makan ikan sungai. Aruting, tingkalang, atau belut. Mudah didapat di sawah.
Ikan air deras juga banyak. Misalnya aporas, lelan, incor, siating, sulum, dan banyak ragam. Sambil mandi di sungai bisa juga menangkap ikan.
Tapi ikan asin harus beli. Karena itu jadi menu yang enak. Harganya lebih mahal dari ikan sungai. Di bakar saja sudah enak.
Anak-anak yang belum sekolah senang kalau bisa ikut ibu ke pekan. Melihat ragaman dagang berbagai rupa, serasa berdarnawisata.
Jalan kaki tentu. Bisa sampai tiga kilometer jauhnya. Sudah biasa. Nanti di tengah jalan ada persinggahan. Biasanya di bawah pokok jior yang rimbun. Kayu seperti itu ada saja yang tumbuh di sisi jalan raya.
Apalagi pulang dari pekan. Sambil singgah, sambil makan jajanan taramanis. Hum, enaknya!
Kadang-kadang berangkat ke pekan kita bisa menumpang pedati orang yang juga ke pekan. Atau lebih sering naik osaka, incir kami sebut. Sesekali juga bisa menumpang naik sepeda ontel keluarga yang juga ke pekan.
Hanya sedikit orang yang bisa naik bendi. Orang terpandang di kampung biasanya. Kita menatap saja ketika bendi hilir mudik di jalanan. Tuk-tak…tuk-tak, terdengar kaki kuda berlari. Genta di lehernya juga berdentang. Hum, pasti asyik duduk di samping kusir.
Bapak-bapak juga sering ke pekan. Mereka biasanya membeli pusuk dan tembakau. Pengganti rokok tentu. Tentu juga untuk bertemu kawan dari luar kampung. Hanya di pekanlah orang-orang bertemu. Kabar kerabat juga dapat saat di pekan.
Apalagi di pekan juga ada rumah makan. Sambil ayah membawa hasil kebun untuk dijual, juga buat makan di rumah makan. Saatnya makan ramas dengan gulai rendang belut. Sekilo kopi bisa menebus sepiring nasi. Bolehlah sesekali. (Bersambung…)