Panyabungan, StartNews – Walaupun Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mandailing Natal (Madina) belum rampung merekap perolehan suara para calon anggota legislatif hasil Pemilu yang digelar 14 Februari 2024, tetapi hasil penghitungan internal beberapa partai telah memberikan gambaran perolehan suara dan Caleg yang bakal duduk di kursi DPRD Madina periode 2024-2029.
Dari hasil penelusuran dan wawancara dengan beberapa pengurus partai politik di Madina, ada beberapa poin yang dapat disimpulkan. Pertama, harga kursi PKB di Dapil I menjadi yang termahal di antara 40 kursi yang diperebutkan. Jumlah suara yang mencapai 9.326 hanya bisa mengantarkan Miftahul Falah seorang diri. Pasalnya, di dapil ini Gerindra berhasil mengklaim dua kursi. Sementara kursi terakhir diprediksi akan jadi milik Ali Makmur Nasution (Jaganding) dari Partai Perindo dengan raihan 3.772 suara.
Kedua, Partai Gerindra diprediksi akan kembali menjadi pemenang dengan mengklaim tujuh kursi. Perolehan lebih dari 10.000 suara di Dapil II mengantarkan Erwin Efendi Lubis dan Zainuddin Nasution. Lima kursi lain kemungkinan besar diraih di Dapil II (1 kursi), Dapil III (1), Dapil IV (1), dan Dapil V (2). Sepertinya, Erwin Lubis akan kembali menjadi ketua DPRD.
Ketiga, PKB dan Golkar akan mendampingi Gerindra sebagai unsur pimpinan di DPRD. Khoiruddin Faslah Siregar, ketua DPC PKB Madina secara terang-terangan telah mengakui keberhasilan partai yang dipimpinnya meraih enam kursi, yakni Dapil IV dua kursi sementara dapil lainnya satu kursi. Namun, perolehan itu bisa bertambah mengingat PKB dan Hanura sedang menanti hitungan akhir untuk Dapil V. Salah satu dari keduanya diprediksi akan mendapatkan dua kursi.
Pun dengan Golkar, partai berlambang Pohon Beringin ini kemungkinan akan mengantarkan enam kadernya ke gedung DPRD Madina. Dapil II yang meliputi Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Puncak Sorik Marapi, Tambangan, Kotanopan, Ulupungkut, Pakantan, dan Muarasipongi menjadi penyumbang suara terbanyak. Indah Annisa diperkirakan menjadi wakil rakyat mengingat suaranya yang mencapai 6.000 lebih. Sedangkan sisanya berasal dari empat dapil lain dengan rincian masing-masing satu kursi.
Keempat, beberapa petahana tumbang. Untuk kasus ini ada beberapa alasan seperti pindah partai, tidak ikut mencalon, atau ambil bagian di tingkat provinsi. Pada kasus pertama melibatkan Bahri Efendi. Kabarnya, perolehan suara mantan kader PKPI ini kalah dibandingkan koleganya di Partai Golkar.
Petahana lain yang pindah partai adalah Muharuddin Umpan. Sebelumnya dia duduk sebagai kader Partai Berkarya. Tahun ini dia memilih bergabung ke Partai Demokrat. Perkiraan sementara, Demokrat hanya bisa mengklaim satu kursi dari Dapil IV dan kemungkinan besar akan menjadi milik Muharuddin Umpan.
Sedangkan petahana yang ambil bagian di provinsi adalah Syawaluddin (PPP/sebelumnya PKS), Sobir Lubis (Golkar), serta Mora Harahap dan Syafruddin Ansari (PAN). Untuk nama terakhir, meski pindah tempat kontestasi, kursi yang ditinggalkan di Dapil I masih berhasil diklaim PAN atas nama Hatta Usman Rangkuti yang merupakan anggota DPRD Madina periode 2014-2019. Kasus lain melibatkan nama Evelyn Sago. Politisi Partai Hanura ini tidak ambil bagian pada kontestasi tahun ini.
Petahana lain yang diprediksi kehilangan kursi adalah Irfan Syukri Tanjung dan Maraganti Batubara (Hanura), Budiman Borotan (PKS), Sainal Abidin (Nasdem), Khoirun (Perindo), Izhar Helmy (Gerindra), dan Syafri (Demokrat). Nama-nama tersebut berpotensi bertambah mengingat data dari Dapil II, Dapil III, dan Dapil IV belum sepenuhnya rampung terkait caleg yang lolos.
Kelima, Partai Demokrat ditengarai masih akan mampu menjaga perolehan kursi meski terlempar dari unsur pimpinan. Partai yang dipimpin Harminsyah Batubara di tingkat kabupaten ini sepertinya masih mengirimkan lima wakil ke gedung dewan. Namun, komposisi nama ditengarai akan berganti.
Perhitungan ini diambil dari beberapa sumber, sedangkan perolehan kursi bersifat prediksi. Mengingat, perhitungan KPU belum final, maka setiap kemungkinan masih bisa terjadi. Terlebih, ada dua dapil yang perhitungan suaranya cukup ketat. Bukan tak mungkin, hasil akhir dari kedua dapil itu mengubah komposisi perolehan kursi tiap partai. (*)