Panyabungan, StartNews – Sehari setelah dimakamkan, rasa kehilangan itu masih terasa kental. Kita kehilangan ulama kharismatik Syekh H. Mahmuddin Pasaribu yang wafat di Rumah Sakit Permata Madina pada Rabu (8/12/2021) dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Huta Lombang, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Madina pada Kamis (9/12/2021) kemarin.
Sengaja menggunakan kata subjek ‘kita’, karena rasa kehilangan itu dirasakan berbagai kalangan. Tidak hanya terbatas pada santri-santri yang menjadi muridnya di Pondok Pesantren Musthafawiyah Purbabaru dan rekan-rekan sejawatnya sesama pendidik di pesantren itu.
Lebih dari itu, duka mendalam juga diungkapkan para tokoh dari kalangan umara, ulama, ustad, da’i, politisi, dan masyarakat di seantero nusantara. Ini lantaran alumni Musthafawiyah yang pernah menjadi muridnya juga tersebar ke seluruh negeri, bahkan sampai ke luar negeri.
Pada era serba-digital ini, rasa kehilangan dan belasungkawa itu diungkapkan lewat berbagai platform media sosial. Mantan Sekretaris DPW PKB Sumatera Utara Yansen Harahap, misalnya, mengungkapkan rasa kehilangannya melalui media sosial. Yansen pun mem-posting tulisan bertajuk ‘ Sumatera Utara Berduka’.

“Tadi malam saya dapat kabar duka atas berpulangnya ke Rahmatullah salah seorang ulama besar Sumatera Utara. Beliau adalah Syeich H. Mahmuddin Pasaribu, yang merupakan gurunya para guru (guru godang/guru besar/syaikhul masyaikh) Pesantren Musthofawiyah Purbabaru, Mandailing Natal, Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera Utara yang juga masih menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Mandailing Natal.”
“Saya jadi teringat kebersamaan dengan beliau beberapa tahun yang lalu ketika mendampingi beliau yang ditunjuk menjadi salah satu juri MQK (Musabaqah Qiroatul Kutub) yang diadakan secara nasional oleh DPP PKB di Jakarta. Banyak wejangan, nasihat, dan petuah yang diberikan beliau kepada saya selaku Sekretaris DPW PKB Sumut saat itu. Saya juga menyaksikan bagaimana penghormatan yang diberikan kepada beliau oleh kiyai-kiyai lain dari Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan daerah lain se-Indonesia yang juga hadir memantau pelaksanaan acara MQK tersebut.”
“Selamat jalan guru kami yang baik hati. Kami menjadi saksi bahwa engkau adalah orang yang baik dan ikhlas dalam membimbing umat. Semoga Allah SWT melipat-gandakan semua amal kebaikanmu, mengampuni semua khilaf dan salahmu, dan kelak menempatkanmu di sisi-Nya bersama orang-orang yang abdan solihan. Semoga juga kami segera menemukan penggantimu untuk menjadi panutan kebanggaan kami. Aamiiin Ya Robbal ‘alamin. Lahu, Al Fatihah,” tulis Yansen Harahap.
Rasa duka dan kehilangan itu juga diungkapkan da’i kondang, Ustad Abdul Somad (UAS) melalui akun instagram-nya. UAS pun menulis, “Pondok pesantren tertua dan terbesar di Sumatera, didirikan Syaikh Mustafa Husain, alumni Shaulatiyyah Makkah al-Mukarramah. Pondok itu bernama al-Musthafawiyah, Purbabaru, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Sanadku ke pesantren ini melalui Ustadz Hafizh Yazid, guruku di Muallimin.”
“Kabarnya, orang yang alim saat ini adalah Ayah Mahmudin Pasaribu. Tiga tahun yang lalu aku ke Madina (Mandailing Natal). Dari Pekanbaru mendarat di Pinangsori. Di antara yang menjemputku Ayah Mahmudin Pasaribu. Ternyata orangnya sangat tawadhu’. Aku banyak bertanya beberapa hal pelik dan penting kepada beliau. Pukul dua malam kami naik ke Sibanggor Jae, mandi air belerang. Selama acara, di kerumunan orang ramai, beliau menggenggam tanganku.”
“Malam ini, aku dapat kabar dari Ustadz Edy Candra Nasution bahwa Ayah Mahmudin Pasaribu, Ra’is Mu’allimin Musthafawiyah Purba sudah mendahului kita, malam ini pukul 19:00 di RS Panyabungan.
Mohon jamaah bacakan al-Fatihah dan doa,” tulis UAS.
Dari kalangan umara, ungkapan duka disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno melalui akun facebook-nya. Sandiaga menulis, “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Hari ini kita kehilangan sosok ulama besar, Syeikh KH Mahmudin Pasaribu, ulama kharismatik yang juga Rois Syuriah PWNU Sumatera Utara, guru besar di Pondok Pesantren Musthafawiyah Purbabaru.”
“Mengulang memori 3 tahun lalu, mendapat sambutan yang hangat saat dahulu berkesempatan bertemu dan bersilaturahmi bersama beliau. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik, serta kita dapat terus melanjutkan perjuangannya dalam mensyiarkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘aalamiin. Allahummagfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu anhu. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin,” tulis Sandiaga yang dilengkapi foto saat kunjungannya ke Mandailing pada 10 Desember 2018.
Masih banyak lagi tokoh nasional yang mengungkapkan rasa dukacita dan kehilangan atas wafatnya ulama kharismatik yang dikenal dengan sebutan Ayah Pasaribu. Tentunya ungkapan mereka tentang kenangan bersama Ayah Pasaribu tak bisa dituangkan semuanya dalam tulisan ini.
Yang pasti, rasa kehilangan umat atas wafatnya ulama panutan Ayah Pasaribu ini terlihat saat prosesi pemakamannya pada Kamis (9/12/2021) kemarin. Ribuan pelayat mengantar jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Huta Lombang, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Madina. Jenazah Ketua MUI Kabupaten Madina ini disalatkan di Masjid Aljunaidiyah, yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah duka di Kampung Lamo.
Lantaran lokasi tempat tinggal almarhum disemayamkan relatif sempit, jalan menuju rumah duka mengalami kemacetan panjang hingga 3 kilometer. Ribuan pelayat terpaksa berjalan kaki sepanjang 3 kilometer agar sampai di rumah tampat jenazah Syekh Mahmuddin Pasaribu disemayamkan.
Saking banyaknya pelayat yang ingin menunaikan fardu kifayahnya, jenazah Rois Syuriah PWNU Sumatera Utara ini terpaksa disalatkan berulang kali. Sebab, Masjid Aljunaidiyah tempat jenazah Syekh H. Mahmuddin Pasaribu disalatkan tidak bisa menampung ribuan pelayat.
Salat jenazah yang pertama diimami oleh Mukhlis, putra Syekh H. Mahmuddin Pasaribu. Begitu juga salat jenazah yang kedua, diimami oleh putra almarhum bernama Yasir. Untuk salat jenazah ketiga dan selanjutnya diimami oleh guru-guru Pondok Pesantren Musthafawiyah Purbabaru.
Semasa hidupnya, H. Mahmuddin Pasaribu menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Rois Syuriah PWNU Sumatera Utara.
Ulama yang biasa disapa Ayah Pasaribu dan guru besar di Pondok Pesantren Musthafawiyah Purbabaru ini wafat di Rumah Sakit Permata Madina, Rabu (8/12/2021) sekitar pukul 19.00 WIB.
Reporter: Sir