Medan, StartNews – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengingatkan para remaja usia sekolah yang akan menjadi pemilih pemula pada Pemilu 2024 agar bijak menangkal hoaks dan ujaran kebencian.
Edy Rahmayadi menyampaikan pesan itu pada kegiatan Edukasi Pemilih Pemula Menuju Pemilu 2024 dengan tema ‘Pentingnya Edukasi Pemilih Pemula Menuju Pemilu 2024, Guna Menangkal Hoaks dan Ujaran Kebencian’ yang digelar SMSI Sumut di Le Polonia Hotel, Jalan Sudirman, Kota Medan, Jumat (19/5/2023).
Hadir sebagai pembicara seminar, Direktur Intel Polda Sumut Kombes Pol. Dwi Indra Maulana, Komisioner KPU Sumut Benget Silitonga, dan Ketua SMSI Sumut Erris J. Napitupulu, yang dipandu moderator Benny Pasaribu.
Juga hadir Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting, Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumut Arief S. Trinugroho, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sumut Ilyas S. Sitorus, dan jajaran Pemprov Sumut, pengurus SMSI Sumut, serta para siswa SMA dan mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan di Kota Medan.
Pemilu mendatang, kata Edy Rahmayadi, akan menyuguhkan pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota, Provinsi, DPD RI, DPR RI, Kepala Daerah, dan Presiden RI. Itu sebabnya, berbagai pilihan sosok perlu pertimbangan yang baik sebelum memilih.
Para anak muda, kata dia, identik dengan pemikiran murni yang sejatinya jauh dari politik uang atau pemberian dalam bentuk lain seperti beras, bahan makanan, dan materi lainnya. Apalagi secara persentase, jumlah pemilih muda cukup signifikan pada 2024 mendatang.
“Suara Anda pemilih muda 49 persen. Yang masih murni, tidak mengerti (politik) sembako. Capek orang kasih sembako sama kalian, kalian mungkin belum tahu itu, dan belum butuh. Apalagi kalian masih makan sama orangtua,” katanya.
Pun begitu, idealisnya pemilih pemula dan pemilih muda, menurut dia, perlu berhati-hati dengan serangan psikologis. Sebab, pastinya akan banyak oknum yang memanfaatkan pola pikir anak muda untuk menggiring pilihan kepada pihak tertentu, yang berkepentingan meraih suara besar.
“Kalian masih idealis secara psikologis. Orang akan memanfaatkan pola pikir itu, mengotak-atik dengan (menyuguhkan) program ini-itu dan segala macam. Sampai kalian iba dan (yang bersangkutan) tampak hebat di mata kalian,” jelasnya.
Selain itu, Gubernur juga mengimbau dan mengingatkan para anak muda untuk bersama menangkal serangan hoaks atau ujaran kebencian pada momentum politik Pemilu 2024. Sebab, hal itu dapat memecah persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa.
“Di luar sana ada kritik-kritik, tetapi jangan sampai negatif dan jadinya (berujung) gibah. Jadi, jangan main-main dengan hoaks,” jelas Edy Rahmayadi, yang menerangkan bahwa gibah bisa menyangkut nama baik orang yang dijelekkan, sehingga dosanya sangat besar.
Senada dengan itu, Komisioner KPU Sumut Benget Silitonga mengatakan sekitar 60 persen pemilih pada Pemilu 2024 berada pada usia 15 hingga 45 tahun. Hal itu menjadi bonus demografi yang luar biasa.
“Dalam koteks politik elektoral, ini tentu sangat seksi bagi peserta (Pemilu) dan bagi kita KPU untuk melakukan edukasi pendidikan pemilih,” kata Benget.
Benget menggaris-bawahi soal strategi yang akan dijalankan pada era teknologi digital saat ini. Itu sebabnya, KPU juga melakukan pendekatan melalui penggunaan media sosial.
“Jadi, mulai sejak Pemilu diluncurkan 1 tahun lalu, kita menggencarkan sosialisasi di media-media sosial,” jelas Benget.
Reporter: Rls