Panyabungan, StartNews – Awalnya, enjoy (senang) ikut berjuang di RA Darussalam Kotasiantar, Kecamatan Panyabungan, Mandailing Natal (Madina). Selain bisa menjalani tugasnya sebagai guru dengan semangat dan penuh penghayatan, tukang risol bermerek Kadai Risol itu juga ikut mengembangkan metode dan materi pembelajaran.
Tak mengherankan, dia dan enam orang pengajar lainnya, termasuk senior Alm Soibatul Aslamiah dan Kepala Sekolah Hj. Suaidah Hasibuan, bisa saling menyemangati dan sukses membawa nama Darussalam Kotasiantar jadi sekolah favorit.
Agar bisa mengabdi lebih total di lembaga pendidikan berbadan hukum Yayasan Darussalam Kotasiantar itu, perempuan bernama lengkap Upik Nurmailis Tanjung itu berharap bisa dapat sertifikat guru.
Syaratnya, harus punya gelar sarjana yang linear. Masalahnya, yang dia punya gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Berarti, harus kuliah lagi?
Betul, supaya linear, harus kuliah lagi. Kebetulan, ada tawaran program baru Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) di STAIN Madina. Dia pun daftar.
Pada 2019 lalu, dia dan sejumlah guru RA (PAUD) dari beberapa kecamatan di Madina yang tergabung dalam wadah IGRA Madina (Ikatan Guru Raudlatul Athfal Kabupaten Mandailing Natal) yang sangat kompak, ramai-ramai daftar ke STAIN Madina.
Iya, walau sempat beberapa kali hendak berhenti, ibu tujuh anak itu malah sudah menjalani prosesi wisudanya di tahun keempat, yakni kemarin (Ahad, 29/10/2023).
Bersama 313 wisudawan/wisudawati, dia mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (SPd). Poin ini melengkapi syarat untuk mendapat sertifikat guru. Harapannya, negara memberinya apresiasi atas inisiasi, kreativitas dan kinerjanya selama lebih dari 10 tahun ini.
Sangat Getir
Banyak cerita menarik sekitar kuliahnya. Istri anggota DPRD Madina 2014-2019 Muhammad Ludfan Nasution ini mengaku sering menangis.
Ternyata, liku-likunya kadang sangat getir. Tak jarang kehabisan uang pada saat kebutuhan kampus banyak. Maklum, harus cari biaya sendiri, termasuk dari bikin risol dan produk bikinan rumah lainnya.
Bahkan, saat menyusun skripsi, dia tak jarang juga tertekan berat dan lagi-lagi meneteskan air mata. Seperti balap mobil, sering harus melintasi etape yang penuh tanjakan yang kelewat tajam.
Pun jarang dapat waktu istirahat ini. Sering kali kelelahan dan jatuh sakit, ketika tugas-tugas kuliah sudah harus diserahkan.
Tak terelakkan, banyak tikungan patah. Banyak yang di luar dugaan. Suami yang selama ini diharapkan bakal banyak membantu tugas rumah dan kampus, pun ternyata jauh panggang dari api. Ujung-ujungnya, harus lebih sabar dan lebih banyak berjuang sendiri.
Sedikit luahan hati tentang dukungan sang suami, Upik Nurmailis bertutur, “Saya juga lupa, suami saya mantan Anggota Dewan. Tapi, dengan kondisi sekarang, gak bisa berharap banyak. Sebenarnya, selalu kasih support agar tuntas kuliah. Tapi, saya harus faham posisinya yang sempat terpuruk.”
Di rumah, jadwal kerja kelahiran Pariaman yang besar di Jakarta ini tentu sangat padat. Sebagai istri, tentu juga harus meng-handle dapur dan sumur.
Rutin pula setiap pagi sebelum berangkat sekolah kudu bikin iklan jualannya di medsos. Makanya, sering kali pagi-pagi juga harus bikin risol beberapa varian dan menyiapkan beberapa produk lain (jamu beberapa varian, bolu pisang, abon mpek-mpek Palembang).
Memang, ada juga jenis dagangan yang tak butuh penanganan khusus, seperti alame (sosok), madu dan kosmetik yang bisa dibeli dan dijual secara online.
Merasa Lebih Muda
“Menurut aturannya, gelar akademik itu harus linear. Jadi, bisa nyambung. Kalau gak nyambung, gak bisa dapat sertifikat. Ini memang jadi salah satu motivasi saya kuliah lagi,” ungkapnya.
Selama kuliah delapan semester, tanpa ada nilai kuliah yang bisa ditransfer dari kampus pertamanya, dia mengaku dapat banyak ilmu. Terutama untuk lebih pandai mengajar.
“Di kuliah juga,” lanjutnya, “saya punya banyak teman. Bukan cuma yang seperti saya, yang ngejar sertifikasi, tapi juga yang muda-muda, yang seusia anak sulung saya.”
Sekretaris IGRA Madina ini juga cerita tentang belajar dengan dosen-dosen muda. “Namanya dosen muda ya, yang ngajar di kelas yang semua mahasiswanya guru RA/TK dan sebagian sudah berkeluarga, banyak kejadian lucu,” kisah alumni 1998 Fakultas Ilmu Administrasi Niaga IISIP Jakarta itu.
Ada dosen yang bisa adaptasi cepat. Mau ngerti dan maklum kalau mahasiswinya bukan cuma lemah daya tangkap, tapi juga semangatnya kadang drop (turun). Sebagian dosen juga akhirnya berempati. Mungkin karena kasihan, jadi melonggarkan kriteria tugas kuliahnya. Bahkan, merasa senang di kelas mereka.
“Lucu-lucu juga memang. Ada juga dosen yang, mungkin menilai kami kelewat cerewet dan terlalu banyak minta kompensasi (kemudahan), lalu minta ke pihak kampus agar gak ngajar lagi di kelas kami,” katanya dengan nada lirih.
Menurutnya, pihak civitas STAIN Madina juga akhirnya banyak memberi kemudahan prosedur buat kelasnya yang spesial. Kalau tidak begitu, mungkin ceritanya jadi lain. Mungkin, gak semuanya lulus.
Terlepas dari romantika itu, ibu berusia 48 tahun ini merasa sangat bersyukur atas semua proses naik kelas di kampus pimpinan Guru Besar Bidang Pemikiran Islam, Prof Dr H Sumper Harahap MAg.
Dia merasa, lika-liku meraih gelar sarjana yang kedua ini membuatnya merasa lebih matang.
“Malah, walau sebenarnya makin tua, istilahnya tua-tua di kampus, saya merasa lebih muda lho. Iyalah, mahasiswi. Di STAIN Madina lagi. Gak terasa, sudah empat tahun. Serasa belum percaya, padahal sudah wisuda ni…,” tambahnya berseloroh.
Di medsos, pemilik akun Upi Nurmailis ini menumpahkan rasanya. “Terima kasih buat support yang banyak dari handai taulan, saudara, suami, dan rekan sejawat di RA Darussalam Kotasiantar, lebih-lebih yang telah menghadiri acara wisuda kami selaku dua guru RA Darussalam Kotasiantar. Tanpa dukungan kalian…, semangat kami mungkin patah di tengah jalan…. Itu semua tak dapat kami balas….Doa tulus kami panjatkan agar kita semua tetap kompak dan bisa terus melanjutkan estafet perjuangan mencerdaskan Anak Bangsa.”
Reporter: Sir
Semangat uniang, teruslah berkarya.
MasyaAllah..tulisan ciamik dari wartawan jebolan IISIP memang tak.diragukan..terimakasih supportnya…
Beritanya menarik… Ulasannya mudah di mengerti dan bersistematika..
Moga jadi inspirasi tulisan ini…
Mantap bu upik…sejarah perjuangan kita akan jadi saksi yang suatu saat menjadi pengingat,semangat terus untuk mencerdaskan anak bangsa