Batangnatal, StartNews — Sebanyak 155 mahasiswa dari 20 program studi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal (STAIN Madina) mengikuti kegiatan photography camp di kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Kecamatan Batangnatal, Madina, Sabtu (25/10/2025).
Kegiatan ini menjadi wadah pembelajaran luar kelas bagi mahasiswa untuk memadukan seni fotografi dengan pengetahuan tentang ekowisata, keanekaragaman hayati, dan konservasi lingkungan. Selama satu hari penuh, para peserta belajar langsung dari para ahli tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis, mengenali satwa liar, bunga Rafflesia, dan potensi wisata alam berbasis konservasi di TNBG.
Kegiatan yang digagas oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fotografi STAIN Madina ini mengusung tema: Menangkap Keindahan, Menjaga Alam. Tujuannya bukan sekadar melatih keterampilan teknis fotografi, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis di kalangan mahasiswa.
Para peserta mendapat pembekalan dari berbagai narasumber, termasuk pegawai TNBG dan dokter hewan yang memberikan wawasan tentang komunikasi lingkungan dan manajemen ekowisata berkelanjutan.
Ketua STAIN Madina Prof. Dr. Sumper Mulia Harahap, M.Ag., menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan ini. Dia menegaskan kegiatan fotografi berbasis alam seperti ini sejalan dengan semangat pendidikan integratif yang menekankan aspek spiritual, intelektual, dan ekologis.
“Mahasiswa STAIN Madina harus mampu menjadi insan yang tidak hanya berilmu, tetapi juga peduli pada lingkungan. Melalui lensa kamera, kita belajar melihat ciptaan Allah dari sisi yang lebih mendalam dan penuh makna,” ujar Prof. Sumper.
Sementara Pembina UKM Fotografi Ahmad Salman Farid, M.Sos. mengatakan kegiatan itu dirancang agar mahasiswa dapat merasakan langsung pengalaman belajar yang kontekstual. “Kami ingin mahasiswa memahami bahwa fotografi bukan hanya seni visual, tapi juga medium komunikasi sosial. Saat mereka memotret bunga Rafflesia, satwa liar, atau bentang hutan TNBG, sejatinya mereka sedang menyampaikan pesan moral tentang pentingnya menjaga ciptaan Tuhan,” tutur Salman.
Kegiatan itu juga didukung para dosen pembina lain: Dr. Marlina, MA dan Siti Kholijah. Marlina menegaskan pentingnya integrasi antara teori komunikasi dan praktik lapangan dalam membangun kesadaran ekologis mahasiswa.
“Belajar di ruang terbuka seperti ini mengasah empati sosial dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Mahasiswa belajar langsung bagaimana alam berbicara melalui keheningan dan keindahan,” ujarnya.
Sementara Siti Kholijah menambahkan, fotografi dapat menjadi sarana dakwah yang kreatif. “Setiap potret alam adalah ayat visual yang mengingatkan manusia tentang kebesaran Allah dan tanggung jawab kita untuk menjaganya,” ucapnya.
Pada kesempatan yang lain, Kepala Balai Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) Agusman menyambut gembira kolaborasi ini. Dia menilai kegiatan photography camp menjadi langkah positif dalam memperkuat literasi lingkungan di kalangan mahasiswa.
“Kami melihat semangat luar biasa dari para peserta. TNBG bukan sekadar tempat wisata, tetapi ruang belajar yang mengajarkan nilai kehidupan. Ketika mahasiswa belajar memotret keanekaragaman hayati, sesungguhnya mereka sedang belajar tentang pentingnya keseimbangan ekosistem yang menopang kehidupan manusia,” ujar Agusman.
Dia berharap kegiatan semacam ini terus berlanjut sebagai bagian dari edukasi konservasi lintas disiplin ilmu.
Selama kegiatan, para peserta menjelajahi berbagai kawasan menakjubkan di TNBG seperti jembatan ekowisata dan Danau Godang. Mereka belajar mengamati keanekaragaman hayati, mengenali satwa liar endemik, serta mendokumentasikan bunga Rafflesia arnoldii yang tumbuh di kawasan hutan tropis.
Dengan panduan petugas TNBG, mahasiswa juga diajarkan cara memotret tanpa mengganggu habitat alami, menjaga jarak aman dari satwa, serta memahami nilai konservasi dari setiap spesies yang ditemui.
Misbah, mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), mengaku kegiatan ini memberinya pengalaman luar biasa. “Saya tidak hanya belajar teknik foto, tapi juga memahami bagaimana setiap objek di alam punya pesan tersendiri. Ketika memotret Rafflesia, saya merasa seperti sedang merekam sejarah kehidupan. Saya ingin karya saya nanti tidak sekadar indah, tapi juga menyadarkan orang lain untuk mencintai alam,” ungkap Misbah.
Reporter: Rls
Discussion about this post