Jakarta, StartNews Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan kelangkaan BBM jenis solar yang terjadi di sejumlah daerah disebabkan banyaknya penyalahgunaan subsidi di tengah masyarakat.
Saat kelangkaan, harga yang ditawarkan cukup jauh berbeda dengan harga solar non-subsidi. Solar subsidi sendiri ditawarkan seharga Rp 5.500 per liter, sedangkan non-subsidi Rp 12.000 per liter.
“Karena ini penyebab terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan dari solar subsidi,banyak orang yang memanfaatkan kondisi itu dengan mengambil kouta banyak dari harga yang murah dari subsidi solar ini,” kata Mamit Setiawan seperti dilansir rri.co.id, Kamis (31/3/2022).
Selain mengenai penyalahgunaan, diamenyebut langkanya solar subsidijuga disebabkan oleh kuota solar subsidi yang berkurang di tahun ini.
“Penyebab lain kelangkaan solar bersubsidi di tahun ini adalah karena kuota solar subsidi dikurangi. Di tahun 2021 lalu, kuota solar kita di angka 15,8juta kiloliter, di tahun ini diangka 15,1juta kiloliter. Jadi memang ada penurunan hampir 700 ribu kiloliter,” jelasnya.
Dari hal ini, kata dia, kemudiantimbuldampak adanya penurunan secara otomatis kuota di sejumlah daerah. Pemerintah dan Pertamina punsaat ini telah mencarikansolusi.
“Saya sudah mengusulkan kepada pemerintah dan Pertamina dengan solusidaerah yang sudah zona merah diberikan subsidi silang, yakni pengiriman dari daerah lain yang memiliki kuota banyak, sehingga bisa mengurangi antrean,” jelasnya.
“Maka dari itu, saya juga mengimbau kepada pemerintah untuk dalam hal ini bekerja sama melakukan pengawasan mengenai solar subsidi dan untuk meminimalisir penyelewengan penggunaan solar subsidi,” imbuhnya.
Untuk diketahui,saat ini sejumlah daerah tengah mengalami kelangkaan BBM solar seperti Sumatera Selatan, Bengkulu, hingga Riau. Masing-masing kepala daerah bahkan harus turun gunung untuk menyelesaikan kelangkaan solar tersebut.
Reporter: Rls





Discussion about this post