Jakarta, StartNews – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan pendamping desa harus berperan dalam nol persen kemiskinan ekstrem pada 2024.
Halim Iskandar menyampaikan hal itu saat membuka kegiatan training of trainer (ToT) Peningkatan Kapasitas Tenaga Pendamping Profesional – Program Penguatan Pemerintahandan Pembangunan Desa (P3PD) tahun anggaran 2021, di Jakarta, Selasa (5/10/2021) malam.
Dia mengatakan tugas pendamping profesional usai TOT adalah melatih para pendamping desa dan pendamping lokal desa agar terjadi proses transformasi yang utuh terkait tugas pokok dan tugas tambahan dari Kemendes PDTT.
“Saya harap TOT ini diikuti dengan serius untuk peningkatan kualitas SDM,” katanya.
Halim Iskandar menegaskan jika pendamping desa itu adalah anak kandung Kemendes PDTT, karena dimanapun dia memaparkan tiga pihak yang mendukung eksistensi kementerian yang dipimpinnya, yaitu pertama ASN sebagai pemilik. Kedua, para pendamping desa yang juga pemilik karena telah ada sejak kementerian ini dibentuk tahun 2014.
Halim Iskandar berusaha maksimal agar pendamping desa bisa menjadi tenaga pendamping profesional, makanya sejumlah hal digenjot.
“Pertama, pengawasan dan peningkatan kinerja yang menjadi tolok ukur profesionalitas,” kata doktor honoris causa dari UNY ini.
Kedua, kata dia, profesionalitas itu dibangun oleh merrit system, yaitu promosi. Pengisian posisi di sebuah tempat diupayakan diisi oleh pendamping pada level di bawahnya.
“Ketiga, beasiswa bagi para pendamping untuk sistem pembelajaran lampau. Ini diprioritaskan bagi pendamping lokal desa agar bisa promosi dan tidak terhambat oleh jenjang pendidikan,” kata pria yang akrab disapa Gus Halim ini.
Program andalan Kemendes PDTT saat ini adalah SDGs Desa yang membutuhkan bantuan para pendamping desa untuk mewujudkan arah umum kebijakan pembangunan di desa.
Itu sebabnya, kata Gus Halim, para pendamping desa harus memahami secara utuh dan komprehensif SDGs Desa dengan 18 goals dan 222 indikator.
Hari ini, kata Gus Halim, SDGs Desa sedang diuji validitas dengan satu target Presiden Joko Widodo, yaitu tahun 2024 Indonesia harus terbebas dari kemiskinan ekstrem atau nol persen warga miskin ekstrem. “Bicara nol persen berarti bicara SDGs, yaitu no one left behind,” kata Gus Halim.
Pendekatan yang dilakukan harus berbasiskan data mikro desa, karena berbicara by name by adress atau total jumlah. Untuk itu, kata dia, bicara soal warga miskin ekstrem harus berbicara mengenai sensus, bukan survei.
Target penuntasan kemiskinan ekstrem pada 2021 sebanyak 35 kabupaten/kota untuk 8.263 desa. Tahun 2022 ditargetkan bakal dilaksanakan di 138 kabupaten/kota pada 29.632 desa dan tahun 2023 bakal dilaksanakan pada 261 kabupaten/kota untuk 37.523 desa.
“Di sinilah peran penting pendamping desa, karena kita berbicara tentang data mikro. Oleh karenanya, mulai 2022 tidak ada lagi rakor pembangunan tingkat provinsi, akan dilaksanakan tingkat kabupaten,” kata Gus Halim.
Reporter: Rls