• Media Kit
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Senin, Oktober 6, 2025
  • Login
Start News
  • Home
  • Newsline
  • Madina
  • Sumut
  • Nasional
  • Kabar Desa
  • Figur
  • Hiburan
  • Start TV
  • Start FM
No Result
View All Result
  • Home
  • Newsline
  • Madina
  • Sumut
  • Nasional
  • Kabar Desa
  • Figur
  • Hiburan
  • Start TV
  • Start FM
No Result
View All Result
No Result
View All Result

OPUK (Indikator Kesejahteraan Pangan Mandailing pada Masa Lalu)

Oleh: Dr. M. Daud Batubara, Msi (Anak Petani dari Ulupungkut Mandailing)

by Redaksi
Senin, 4 April 2022
0 0
0
OPUK (Indikator Kesejahteraan Pangan Mandailing pada Masa Lalu)

FOTO: ISTIMEWA.

Dr. M. Daud Batubara, Msi.

BERCOCOK tanam padi itu berkah. Begitu hal yang sering terdengar bila bincang-bincang dengan petani di pedesaan Mandailing. Bangsa Mandailing memang memiliki hubungan kehidupan yang sangat kuat dengan bercocok tanam padi. Padahal tanaman padi ini, bila di hitung secara matematis, hasilnya dibandingkan dengan tanaman holtikultura saja, sudah lebih untung menanam holtikultura. Lantas kenapa masyarakat di pedesaan Mandailing sering menyebutnya sebagai pekerjaan yang berkah, seolah jauh lebih beruntung dibanding dengan usaha yang lain.

Ternyata pemaknaan keberkahan bercocok tanam padi versi masyarakat petani Mandailing, muncul dari akumulasi hasil pengalaman atas penderitaan para leluhur masa lalu yang sulit ditolerir. Mungkin, saat ini oleh orang Mandailing yang bukan petani masih kurang paham dengan maknanya. Tapi pengalaman tersebut oleh sebahagian kecil orang yang masih hidup saat ini masih langsung merasakannya dan sebahagian lagi memperoleh cerita pengalaman menyedihkan tersebut secara tutur lisan turun-temurun. Pengalaman pahit di masa pemberontakan yang dirasakan oleh rakyat yang tidak mendapatkan kebutuhan beras telah menjadi cemeti yang kuat saat itu, terhadap keadaan masa depannya.

Pengalaman leluhur di masa pemberontakan yang berkali-kali mengalami kesulitan kebutuhan pokok beras, sampai pada kondisi menggunakan jagung dan ubi sebagai makanan pokok adalah masa yang sangat suram yang tidak ternilai harganya. Pantaslah menjadi kesan kuat untuk benar-benar selalu antisifatif terhadap kondisi kebutuhan beras sebagai kebutuhan pokok.

Masyarakat di pedesaan merasakan sulitnya hidup dengan tanpa terpenuhinya beras untuk pangan. Masa pemberontakan, banyak orang memakai bajutangki(pakaian dari kulit kayu), lauk hanya sayur dan cabe tanpa garam, apalagi minyak goreng, bahkan minyak lampu pun ditanak dari getah karet. Ternyata dari sekian masalah tersebut, yang paling sulit dirasakan masyarakat adalah tidak terpenuhinya kebutuhan beras untuk keperluan bertahan hidup.

Inilah yang membuat nilai yang kuat dan mulia atas gabah, yang kemudian mereka maknakan sebagai keberkahan bercocok tanam padi, meskipun mereka paham bahwa senyatanya tidak sebanding hasilnya dengan menanam tumbuhan lain ataupun dibandingkan dengan beternak secara matematis. Sehingga memiliki sawah bagi masyarakat pedesaan bangsa Mandailing sangat memiliki nilai sakral. Pengalaman telah menjadi guru berharga bagi masyarakat Mandailing betapa hal paling utama dalam kehidupan harus memprioritaskan kebutuhan pokok yakni beras.

Penelusuran terhadap makna berkah dimaksud hampir sama halnya dengan makna dari ketahanan pangan yang dielukan pemerintah saat ini, sampai menggandeng TNI dalam programnya sangkin pentingnya. Bangsa Mandailing yang sejak dulu masuk dalam golongan masyarakat cerdas, secara nyata paham bahwa dari sisi ekonomi, sudah disadari bahwa bercocok tanam padi tidak sebanding dengan tingkat pendapatan harian, bila menggunakan indikator waktu dan curah kerja harian. Namun masyarakat dengan pengalaman masa lalu memaknainya sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan, seperti pentingnya ketahan pangan saat ini.

Curah kerja yang digunakan untuk bercocok tanam padi yang tidak sebanding dengan perolehan hasil dalam bentuk gaji harian selama bercocok tanam, bila dibandingkan dengan tanaman holtikultura umpamanya, ternyata tidak mengurangi semangat yang mengkristal di jiwa masyarakat untuk tetap berupaya menanam padi dengan pendekatan bahwa ‘Bercocok Taman Padi itu Berkah.

Pengalaman masa lalu dalam masa-masa sulit bagi masyarakat, ternyata merupakan pengalam pahit yang sulit dilupakan karena ketiadaan pangan. Hampir seluruh wilayah Mandailing memiliki air yang cukup untuk konsumsi masyarakat. Tapi tidak semua wilayah Mandailing mencukupi untuk kebutuhan pangan (beras) masing-masing. Sehingga sesulit apapaun kehidupan bila beras ada, maka kelanjutan kehidupan masih akan lebih mudah dilalui. Lauk dan sayuran masih banyak yang tersedia secara alami. Pengalaman ini, kemudian semakin membuat para leluhur menguatkan slogan ‘Bercocok Taman Padi itu Berkah sebagai bagian falsafah bagi rakyat terutama rakyat kecil.

Disepakati bahwa kata berkah ini setimpal dengan makna Ketahan Pangan yang sangat berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mendasar dari tiap orang yang cukup jumlah dan mutunya, merata, terjangkau serta tersedia dari waktu ke waktu. Untuk memenuhi jaminan ketersediaan dari waktu ke waktu tersebut, hal yang memungkinkan saat itu dilakukanlah adalah ekstensifikasi, dengan harapan jumlah panen padi dapat melebihi selalu dari jumlah kebutuhan dalam setahun sebagai cadangan.

Hasil panen padi petani di pedesaan Mandailing yang melimpah, kemudian membutuhkan penyimpanan yang layak dan baik. Para leluhur suku Mandailing mulai mendesain tempat penyimpanan yang representatif. Untuk menampung padi cadangan, maka muncullah tempat penyimpanan yang oleh bangsa Mandailing disebut dengan ‘Opuk.Opukdi Mandailing ini, sama dengan lumbung padi dibeberapa wilayah adat nusantara.

Di Ulupungkut,Opukmasih banyak bisa dijumpai, ada yang masih berfungsi dan sebagian fungsinya hanya sebagai tempat duduk anggota masyarakat untuk bersantai di waktu-waktu senggang. Biasanya diletakkan pada bagian samping depan rumah. Demikian pulaOpuk Raja, dengan ukuran yang lebih luas dan besar yang ada di sekitar lingkunganBagas Godang(istana).

Di masa lalu,Opukhampir dimiliki tiap rumah tangga. Hanya saja perbedaanya ada yang terlihat berfungsi ganda, selain untuk penyimpanan gabah,Opukdidesain untuk tempat istrahat pada bagian bawah bagi anggota masyarakat. Bila fungsinya ganda, biasanyaOpuktersebut akan memiliki arsitektur dengan seni dan kenyamanan yang baik, tentu pasti milik orang yang sebanding dengan kualitasnya. Ini dapat dimaknai bahwa kualitasOpuk, menunjukkan tingkat kemapanan ekonomi pemiliknya cukup sejahtera. ArtinyaOpuk, dapat dijadikan sebagai ukuran kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain juga dapat disebut bahwa jumlah sebaranOpukdi masyarakat menunjukan bahwa masa lalu masyarakat telah sampai pada kesejahteraannya di zamannya. Oleh karena itu, keberadaanOpukini dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat saat itu.

Tentu dapat pula dibandingkan dengan kondisi kekinian dalam kesejahteraan masyarakat yang masih tetap didominasi petani. Padahal saat ini telah memiliki tekhnik intesifikasi, mekanisasi dan praktik aplikatif modern lainnya, untuk jaminan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sayangnya saat iniOpuksebagai tempat penyimpanan gabah di Mandailing ternyata tidak berkembang lagi di pedesaan. Pertanyaannya Kenapa ?, jawabnya tentu karena kuantitas gabah, jumlahnya tidak membutuhkanOpuk. Sebagai orang Mandailing tentu kita sangat berharap munculnya kembali sebaran Opuk di pedesaan Mandailing, karena kita yakini bahwa hasil gabah sebanding dengan perkembangan sebaran kebutuhanOpuk.***

Tags: Indikator KesejahteraanMandailingMasa LaluOPUKPangan
ShareTweet
Next Post
Gempa 4,5 Magnitudo Guncang Bukittinggi dan Sekitarnya

Gempa 4,5 Magnitudo Guncang Bukittinggi dan Sekitarnya

Discussion about this post

Recommended

Madina Siap Menjadi Tuan Rumah Tingkat Nasional untuk Tiga Cabor

6 tahun ago
Ketua PWI Sumut Buka Pelatihan Jurnalistik untuk Anggota Muda

Ketua PWI Sumut Buka Pelatihan Jurnalistik untuk Anggota Muda

2 tahun ago

Popular News

  • Kapolres Terobos Ruang Kerja Bupati Madina, Ada Apa?

    Kapolres Terobos Ruang Kerja Bupati Madina, Ada Apa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3.997 PPPK Paruh Waktu di Madina Tunggu NIP, 5 Orang Mengundurkan Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jual Sabu dan Ganja, Pria Ini Diciduk Polisi di Sitamiang Baru

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rp5 Miliar Dianggarkan untuk Perbaikan Jembatan di Jalan Abdul Haris Nasution

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Polisi Tangkap Pembobol Konter Setor Tunai Brilink Pompo Computer di Sadabuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Contact
  • Home
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

© 2025

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

error: Copyright Start News Group
No Result
View All Result
  • Home
  • Madina
  • Sumut
  • Newsline
  • Nasional
  • Newsline
  • Kabar Desa
  • Opini
  • Figur
  • Komunitas

© 2025