Figur – Siapa yang tak kenal dengan jurnalis cantik, cerdas, dan kritis ini? Iya, siapa lagi jika bukan Najwa Shihab. Lahir di Ujungpandang pada 16 September 1977. Perempuan keturunan Arab dan Bugis ini berkarier sebagai pembawa acara, jurnalis, aktris, dan aktivis media sosial Indonesia. Pernah menjadi jangkar berita dalam program berita prime time Metro Hari Ini, Suara Anda, dan program gelar wicara Mata Najwa.
Najwa adalah putri kedua Quraish Shihab, Menteri Agama Republik Indonesia pada era Kabinet Pembangunan VII dan merupakan keponakan dari politikus Alwi Shihab. Ia menikah dengan Ibrahim Sjarief Assegaf dan sudah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Izzat Assegaf.
Najwa Shihab merupakan alumni Fakultas Hukum UI angkatan 1996. Semasa SMA, ia terpilih mengikuti program American Field Service (AFS), program ini dilaksanakan oleh Yayasan Bina antar Budaya, selama satu tahun di Amerika Serikat. Merintis karier di RCTI, tahun 2001 ia memilih bergabung dengan Metro TV karena stasiun TV itu dinilai lebih menjawab minat besarnya terhadap dunia jurnalistik.
Karier dan Penghargaan
Pada tahun 2005, ia memperoleh penghargaan dari PWI Pusat dan PWI Jaya untuk laporan-laporannya dari Aceh saat bencana tsunami melanda kawasan itu, Desember 2004. Liputan dan laporannya dinilai memberi andil bagi meluasnya kepedulian dan empati masyarakat luas terhadap tragedi kemanusiaan itu.
Najwa tiba di Aceh pada hari-hari pertama bencana, menjadi saksi mata kedahsyatan musibah itu, berada di tengah tumpukan mayat yang belum terurus, dan menjadi saksi pula betapa pemerintah tidak siap menghadapinya. Tak heran beberapa laporan langsung yang dilakukannya terasa kedalaman emosionalnya.
Meski demikian, ia tidak kehilangan daya kritis dan ketajamannya, kendati orang yang dianggap paling bertanggung jawab atas penanganan pasca-bencana adalah Alwi Shihab, Menko Kesra waktu itu, tak lain adalah pamannya. Pakar komunikasi UI, Effendi Ghazali, yang terkesan dengan laporan-laporannya, menyebut fenomena itu sebagai Shihab vs Shihab.
Tahun 2006, ia terpilih sebagai Jurnalis Terbaik Metro TV dan masuk nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards. Pada tahun yang sama, bersama sejumlah wartawan dari berbagai Negara, Najwa terpilih menjadi peserta Senior Journalist Seminar yang berlangsung di sejumlah kota di AS, dan menjadi pembicara pada Konvensi Asian American Journalist Association.
Tahun 2007, pengakuan terhadap profesionalisme Najwa tidak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga mancanegara. Terbukti, selain kembali masuk nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards, ia juga masuk nominasi (5 besar) ajang yang lebih bergengsi di tingkat Asia, yaitu Asian Television Awards untuk kategori Best Current Affairs/Talkshow Presenter. Pengumuman pemenang dilangsungkan pada November 2013 di Singapura. Jika pada Panasonic Awards pemenang dipilih dari jumlah SMS terbanyak, maka penentuan pemenang pada Asian TV Awards dilakukan oleh panel juri yang beranggotakan TV broadcaster senior dari berbagai negara di Asia.
Salah satu acara yang dipandu Najwa Shihab dan cukup membekas di benak publik adalah debat kandidat Gubernur DKI Jakarta. Debat yang mempertemukan pasangan Fauzi Bowo-Priyanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar itu diselenggarakan oleh KPUD DKI Jakarta, disiarkan secara langsung oleh Metro TV dan Jak TV. Najwa terpilih sebagai pemandu debat menyisihkan sejumlah pembawa acara yang diseleksi KPUD DKI Jakarta.
Lantaran memutuskan untuk secara total terjun di dunia jurnalistik dan TV broadcast, Najwa terus-menerus berupaya memperkuat dan memperkaya wawasan keilmuannya. Pada awal 2008, ia terbang ke Australia sebagai peraih Full Scholarship for Australian Leadership Awards dan mendalami bidang hukum media.
Pada tahun 2015, Najwa Shihab masuk sebagai nominasi Presenter Berita Terbaik Panasonic Awards, walaupun pada akhirnya Putra Nababan yang diputuskan sebagai pemenang.
Duta Baca Indonesia dan Duta Pustaka Bergerak
Najwa Shihab ditunjuk sebagai Duta Baca Indonesia pada tahun 2016-2020 oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dengan tujuan menyebarkan minat baca ke seluruh penjuru negeri. Selain Duta Baca Indonesia, Najwa juga menjadi Duta Pustaka Bergerak. Jaringan literasi yang mendedikasikan untuk membangun perpustakaan bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain dengan sarana prasarana sederhana.
Dalam program tersebut, ada pihak-pihak yang menyebarkan buku memakai kuda, pedati, perahu, vespa, dan sebagainya. Tugas Najwa adalah membangun kepedulian terhadap buku dan gerakan membaca dan menyebarkan bahan bacaan ke berbagai penjuru negeri dalam upayanya meningkatkan minat baca di Indonesia. (*)