Panyabungan, StartNews Bupati Mandailing Natal (Madina) H. Saipullah Nasution kembali menyoroti persoalan bahaya narkoba yang kini mulai menyasar anak-anak sekolah.
“Persoalan narkoba kini tidak hanya menyasar kalangan dewasa, tetapi juga telah merambah ke lingkungan sekolah,” kata Saipullah saat menghadiri acara penamatan santri pondok pesantren di Desa Salambue, Kecamatan Panyabungan, Rabu (14/5/2025).
Saat ini, kata Saipullah, pengaruh globalisasi makin terasa di Madina. Dalam kunjungannya ke sejumlah wilayah, dia mengatakan para kepala desa secara khusus meminta perhatian Pemkab Madina terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Menyikapi kondisi ini, Saipullah akan mengadakan rapat bersama Forkopimda untuk membahas cara memberantas narkoba.
“Secara khusus pada hari Jumat, saya akan memimpin rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang melibatkan Polres, Dandim, Kajari, serta unsur pemerintah daerah,” tegasnya.
Dia khawatir jika narkoba sudah masuk ke ruang-ruang kelas, maka upaya penanggulangannya akan jauh lebih sulit. Kalau ini sampai masuk ke dunia kelas, maka sungguh sangat berat kita untuk mengatasinya, katanya.
Dalam upaya pencegahan, Saipullah seluruh elemen pendidikan, khususnya lembaga berbasis keagamaan seperti pondok pesantren, untuk berperan aktif mengedukasi dan mengingatkan generasi muda terkait bahaya narkoba.
Jika peredaran narkoba dibiarkan meluas di lingkungan masyarakat, menurut dia, bukan tidak mungkin daerah akan mengalami loss generation.
Kita bisa mengalami kekosongan kepemimpinan, karena generasi yang ada rusak akibat narkotika, tegasnya.
Selain persoalan narkoba, Saipullah juga menyoroti dampak negatif kemajuan teknologi informasi terhadap dunia pendidikan dan karakter generasi muda.
“Di satu sisi, teknologi kita butuhkan sebagai sarana informasi dan komunikasi. Dunia pendidikan saat ini tidak bisa lagi lepas dari teknologi informasi,” sebutnya.
Namun, Saipullah menilai penggunaan teknologi yang tidak terkontrol justru menimbulkan persoalan baru, terutama di kalangan pelajar. Anak-anak, menurut dia, mulai kehilangan minat belajar dan membaca buku karena lebih senang bermain gawai.
“Bahkan mereka lebih senang sekarang main gadget, untuk mempelajari sesuatu pun sudah malas. Berdasarkan survei yang dilakukan tingkat literasi masyarakat di Sumut juga mulai turun, karena niat membaca buku sudah berkurang,” paparnya.
Dia juga menambahkan, budaya membaca di perpustakaan hampir tidak terlihat lagi. Anak-anak lebih memilih bertanya kepada Mbah Google tanpa memeriksa kebenaran atau latar belakang kontennya.
“Padahal, kita belum tahu siapa yang mengisi konten di Google itu. Apakah berbasis Islam atau tidak, apakah memiliki akidah yang sama atau tidak. Sementara yang menggunakan justru anak-anak pesantren,” katanya.
Bupati mengajak seluruh lembaga pendidikan, termasuk pesantren, untuk membimbing siswa dalam memanfaatkan teknologi secara bijak, serta menghidupkan kembali budaya membaca buku sebagai fondasi literasi dan karakter bangsa.
Reporter: Fadli Mustafid





Discussion about this post