Medan, StartNews Alokasi pupuk bersubsidi di Sumatera Utara (Sumut) pada tahun 2022 cukup banyak. Namun, realisasinya di lapangan masih di bawah 10 persen.
Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut Jhoni Akim Purba mengatakan pupuk urea ada 156 ribu ton, pupuk SP36 ada 37 ribu ton,pupuk ZA 49 ribu ton, pupuk NPK 190 ribu ton, dan pupuk organik 30 ribu ton. Namun, realisasi penyerapan di lapangan rata-rata masih di bawah 10 persen.
“Rata-rata realisasi lapangannya ini masih di bawah 10 persen. Hanya pupuk urea yang 19,21 persen atau 29 ribu ton,” kata Jhoni Akim Purba saat berbincang dalam dialog Lintas Medan Pagi di RRI Medan, Kamis (10/3/2022).
Akim menegaskan pupuk bersubsidi di Sumut masih banyak. Jika ada kekurangan atau kelangkaan di lapangan, menurut dia, kemungkinan karena dari pihak kios, distributor, dan lainnya.
“Kemungkinan masalahnya ada di kiosnya, di distributor, dan di petani. Kalau stok di produsen saat inijuga ada. Makanya kita sarankan begitu petani menyelesaikan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok), segera setor ke kios, baru nanti setor ke distributor,” ungkapnya.
Di sisi lain, kata Akim, pupuk nonsubsidi saat ini mengalami kenaikan signifikan, hampir 300 persen. Hal ini, menurut dia, karena Indonesia masih bergantung pada impor bahan baku pembuatan pupuk.
Akim mencontohkan pupuk NPK yang selama ini Rp 4.000 per kilogram, saat ini mencapai Rp 9.000 sampai Rp 11.000 per kilogram.
“Ini menjadi masalah yang benar-benar berat bagi petani. Namun, ada solusi untuk petani ini yang kini kita sarankan agar beralih ke pupuk organik yang dibuat sendiri. Maka dengan kondisi seperti ini, petani bisa hemat 10-40 persen,” ujarnya.
Sumber: RRI
Discussion about this post