• Media Kit
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Minggu, Oktober 5, 2025
  • Login
Start News
  • Home
  • Newsline
  • Madina
  • Sumut
  • Nasional
  • Kabar Desa
  • Figur
  • Hiburan
  • Start TV
  • Start FM
No Result
View All Result
  • Home
  • Newsline
  • Madina
  • Sumut
  • Nasional
  • Kabar Desa
  • Figur
  • Hiburan
  • Start TV
  • Start FM
No Result
View All Result
No Result
View All Result

Surga Itu di Kerumunan

OLEH: Hamdan Juhannis | Rektor UIN Alauddin

by Redaksi
Senin, 1 April 2024
0 0
0
Surga Itu di Kerumunan

SAYA selalu saja “bertekuk lutut” pada kepiawaian penyair besar kita, Kyai Zawawi Imron. Terpesona pada cirinya memainkan kata dan caranya mengumbar makna. Coretan kali ini berangkat dari responnya tentang sedekah pohon yang saya ulas sebelumnya.

Kyai Zawawi bertutur, “Sebatang biji pohon yang saya tanam, akan menjadi sebatang pohon. Namun sejuta pohon yang saya tanam akan menjadi hutan.” Lalu Kyai Zawawi melanjutkan untaiannya dengan menghubungkan pada praktek salat berjamaah.

Menurut beliau, ada hikmah mengapa salat berjamaah diganjar 27 kali dibanding salat sendirian. Karena di sana ada kemuliaan dari pelajaran tentang hidup bersesama. Kalkulasi beliau, kalau sehari kita salat berjamaah, berarti secara matematis umur kita sama dengan 27 hari.

Kalau salat berjamaahnya 5 kali sehari selama 10 tahun, umur kita bisa setara dengan 270 tahun. Menurut Kyai Zawawi bahwa secara kuantitatif, akumulasi salat berjamaah dan umur kita bisa tidak kalah dengan pahala lailatul qadar.

Jadi, Kyai Zawawi sedang mendemonstrasikan keutamaan hidup berjamaah. Kyai Zawawi sedang mengetuk pintu pemahaman kita tentang kekuatan kebersamaan. Kyai Zawawi sedang menguji keabsahan tentang praktik kebersatuan. Kyai Zawawi sedang mengesplorasi kekuatan sikap empati. Kyai Zawawi sedang berdefinisi tentang pesona keumatan.

Amsal yang disajikan Kyai Zawawi bukan sekadar bekerja, tetapi yang lebih penting bekerjasama. Luapan Kyai Zawawi bukan sekadar menanam tetapi yang lebih penting menanam bersama. Seruan Kyai Zawawi bukan hanya salat tetapi yang lebih penting adalah salat berjamaah.

Akhirnya, kita bisa berefleksi bahwa ujung dari semua peribadatan adalah tentang khalayak, tentang kerumunan, tentang orang banyak, atau tentang warga. Bukan tentang diri sendiri, bukan tentang kepentingan sesaat, bukan tentang jangka pendek, atau bukan tentang ruang yang sempit.

Peribadatan itu untuk kemanusiaan, kemaslahatan, menembus batas, untuk hari kemudian. Itulah, jangan pernah bicara tentang surga di hari kemudian kalau masih saja suka tertarik pada diri sendiri. Saya serius, kawan! (*)

Tags: KerumunanOpinisurga
ShareTweet
Next Post
VIDEO: Bangunan Tua Zaman Belanda di Kotanopan Terbakar

VIDEO: Bangunan Tua Zaman Belanda di Kotanopan Terbakar

Discussion about this post

Recommended

Baznas Madina Salurkan Bantuan kepada Warga Manambin

Baznas Madina Salurkan Bantuan kepada Warga Manambin

5 tahun ago
Ada Games Seru dan Mendidik di Stand TNBG Raja Batu

Ada Games Seru dan Mendidik di Stand TNBG Raja Batu

6 tahun ago

Popular News

  • Kapolres Terobos Ruang Kerja Bupati Madina, Ada Apa?

    Kapolres Terobos Ruang Kerja Bupati Madina, Ada Apa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3.997 PPPK Paruh Waktu di Madina Tunggu NIP, 5 Orang Mengundurkan Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jual Sabu dan Ganja, Pria Ini Diciduk Polisi di Sitamiang Baru

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rp5 Miliar Dianggarkan untuk Perbaikan Jembatan di Jalan Abdul Haris Nasution

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Polisi Tangkap Pembobol Konter Setor Tunai Brilink Pompo Computer di Sadabuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Contact
  • Home
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

© 2025

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

error: Copyright Start News Group
No Result
View All Result
  • Home
  • Madina
  • Sumut
  • Newsline
  • Nasional
  • Newsline
  • Kabar Desa
  • Opini
  • Figur
  • Komunitas

© 2025