BIDANG kesehatan, terutama penanganan pandemi Covid-19, menjadi perhatian serius Bupati Mandailing Natal (Madina) HM Jafar Sukhairi dan Wakil Bupati Atika Azmi Utammi Nasution. Di awal pemerintahannya, Sukhairi-Atika sudah berulang kali melakukan sidak ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panyabungan. Sidak ini, tentunya bukan sekadar lawatan biasa. Kedua pemimpin baru Madina itu ingin memastikan kelengkapan fasilitas kesehatan untuk penanganan pasien Covid-19.
Terkait sebaran Covid-19, Madina memang masih berstatus zona oranye atau level II. Hingga Minggu, 8 Agustus 2021, secara kumulatif kasus konfirmasi positif Covid-19 di Madina mencapai 431 orang, sembuh 312 orang, dan meninggal 35 orang. Dibanding kabupaten lain, angka itu memang relatif rendah. Itu artinya, Madina masih tergolong aman dari sebaran Covid-19.
Meski demikian, Sukhari-Atika tak mau berspekulasi dalam merespon data tersebut. Duet Sukhairi-Atika tetap berpegang teguh pada prinsip: mencegah lebih baik daripada mengobati. Tak heran bila Sukhairi gencar mengampanyekan betapa pentingnya menaati protokol kesehatan (prokes) sebagai upaya lahiriyah untuk mencegah penularan Covid-19 di tengah-tengah masyarakat.
Tak sekadar orasi dan retorika, Sukhari juga cepat bertindak nyata. Sukhari tak segan-segan turun ke pasar dan tempat-tempat ramai untuk mengedukasi masyarakat agar disiplin menerapkan prokes Covid-19. Sukhari juga tak bosan-bosan menyerukan agar masyarakat proaktif menjalani vaksinasi Covid-19 guna mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) di Kabupaten Madina yang madani ini.
Sebagai masyarakat yang menginginkan Madina kembali ke situasi normal, kita wajib mendukung dan mendorong langkah-langkah yang ditapaki Sukahiri-Atika untuk mengatasi pandemi Covid-19 di Madina. Jika situasi cepat normal, kita optimistis Sukhairi-Atika akan mampu menjalankan program-program pembangunan yang telah direncanakan, yang tentunya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai masyarakat yang berpikiran rasional, kita menyadari betul bahwa menjadi kepala daerah bukanlah pekerjaan yang mudah dan enak pada saat ini. Sebab, situasi saat ini menuntut bupati dan jajarannya harus mampu berinovasi guna menyelesaikan beragam permasalahan di tengah-tengah keterbatasan pada masa pandemi Covid-19.
Mulai dari masalah sumber-sumber penerimaan daerah yang belum optimal hingga penanganan pandemi Covid-19 yang membutuhkan anggaran yang cukup besar. Terlebih penanganan pagebluk ini yang makin lama justru berbasis lokal dan komunitas.
Di satu sisi, Sukhairi-Atika dan jajarannya dituntut bertindak cepat dan tepat sasaran. Akan tetapi, di sisi lain mereka juga terbentur keterbatasan anggaran, karena keuangan daerah yang belum kuat. Sukhairi-Atika tidak bisa hanya mengandalkan APBD, tetapi perlu membuat terobosan untuk mencari sumber-sumber pendanaan lain, seperti tanggung jawab sosial perusahaan, kerja sama pemerintah dengan badan usaha, dan pinjaman daerah.
Sukhairi-Atika harus memiliki banyak ide untuk menghadapi tantangan berat pada 2021. Mereka perlu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain seperti perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat. Tanpa ada kolaborasi, Sukhairi-Atika bisa kesulitan menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Apalagi masa jabatan Sukhairi-Atika sangat pendek, hanya sekitar tiga tahun.
Dalam jangka pendek, Sukhairi-Atika harus melakukan perencanaan dan penganggaran yang terarah. Juga perlu meningkatkan sumber daya manusia dan berbagai pelayanan secara daring. Dalam jangka panjang, Sukhairi-Atika perlu menyiapkan peta jalan pemerintahan kolaboratif dalam meningkatkan daya saing daerah yang berkelanjutan.
Kita berharap Sukhairi-Atika juga mampu meningkatkan efektivitas penyerapan anggaran, tertuama dalam penanganan Covid-19 melalui mekanisme realokasi dan refocusing anggaran.
Di tengah berbagai keterbatasan itu, kita yakin Sukhairi-Atika akan mampu mengatasi berbagai problem itu jika didukung partisipasi aktif dari masyarakat Madina. (*)
Discussion about this post