
BANYAK hal yang ingin saya sampaikan. Intinya, ada dua hal yang membuat sebuah media tetap aktual. Pertama, tim kreatif yang tidak pernah kehabisan inspirasi. Kedua, manajemen yang bisa mengaplikasikan inspirasi itu menjadi program nyata. Keduanya dimiliki oleh StArt FM Panyabungan dari dulu.
Kedua, radio berbeda dengan media jurnalistik lain. Pertama, radio tak butuh bahan baku macam kertas, mesin cetak, dan lain-lain. Ia hanya butuh perangkat menjelajahi ruang gelombang udara. Bahkan, ketika mati lampu pun, radio bisa jalan dengan suplai baterai. Karena itu, radio selalu menjadi sarana perjuangan sejak adanya. Di Indonesia, misalnya, masa kolonial Belanda hingga Jepang, peran sentral radio tidak bisa dinapikan lagi.
Ketiga, radio benteng komunikasi terakhir. Ia tak butuh satelit, tak butuh perangkat super. Sambil berlari membawa perangkat radio di punggung pun, tetap bisa siaran. Karena itu, secanggih apapun teknologi perang, radio selalu ada dalam pundak setiap pasukan.
Keempat, tidak ada sarana media yang paling efektif untuk propaganda, selain radio. Karena radio bisa menjangkau semua sisi geografis paling terpencil. Karena itu, Hitler mengandalkan radio sebagai sarana utama propaganda Nazi.
Kelima, dalam lompatan teknologi komunikasi yang begitu luar biasa, radio tidak pernah mati. Di Amerika, siaran radio yang dibuka dengan salam “Selamat Pagi Sans Francisco” sampai sekarang tetap aktual. Tentu karena berbeda dengan media lain yang butuh perlakuan khusus: koran mesti dibaca, televisi mesti ditonton, dan seterusnya. Tapi radio, Anda cukup memasang kuping sambil melakukan pekerjaan lain. Itu keunggulan radio.
Terlalu banyak kalau diurai satu persatu. Saya menjadi saksi bagaimana Radio StArt FM tumbuh dari awal, dari sebuah meja desk sederhana dengan jejeran kaset tape-recorder, dengan dua komputer yang di-jumper karena teknologi wireless belum ada, dari proses digitalisasi lagu tape dengan teknologi komputer super-jadul semacam sound-record dan CakeWalk 9, dan berbagai kesederhanaan lainnya.
Saya juga menjadi saksi bagaimana kru radio yang digembleng dengan pola manajemen khas StArt FM, akhirnya tumbuh menjadi personal yang memiliki branding sendiri. Radio StArt FM seperti sekolah kehidupan.
Dan tentu, saya juga bagian dari pertumbuhan itu, meskipun saya bukan kru StArt FM. Karena sejak 2007 hingga 2014, nyaris setiap hari saya ada di radio: makan, minum kopi, mandi, tidur, atau sekadar diskusi pemajuan Mandailing dalam berbagai sisi. Saya ke sana karena hanya di radio saya temukan kumpulan orang-orang kreatif yang bisa menjadikan ide mampu berjalan.
Selamat ulang tahun ke-15 Radio StArt 102,6 FM Panyabungan. (***)
Discussion about this post