Panyabungan, StartNews Sudirman (55), warga Bange, Kecamatan Bukitmalintang, Mandailing Natal (Madina), menyesali perbuatannya. Meski demikian, tersangka penyiraman air keras ke wajah Farida Khairani Nasution (50) ini menuntut keadilan hukum.
Sudirman menyampaikan penyesalan dan harapannya itu di depan Kapolres Madina AKBP HM Reza Chairul Akbar Sidiq saat temu pers, Sabtu (13/5/2023) kemarin.
Sudirman mengaku menyesal dan meminta maaf atas tindakannya menyiramkan air cuka ke wajah Farida di pondok depan rumah mantan kepala Desa Huta Bangun, Kecamatan Bukitmalintang, Selasa (9/5/2023) lalu.
Kepada wartawan, Sudirman menceritakan tindakannya menyiramkan air keras, karena Farida yang lewat di depan pondok itu mengejeknya dengan kata-kata yang membuatnya tersinggung.
Akibatnya, Sudirman emosi. Awalnya, Sudirman hendak menggunakan pisau yang biasa digunakan menderes pohon karet untuk melukai Farida. Namun, dia sadar menggunakan pisau akan berujung di penjara.
Namun, kata Sudirman, karena Farida terus mengejek, dia spontan mengambil cairan kimia semacam cuka yang dia bawa dalam botol air mineral. Lalu dia menyiramkan cuka itu ke wajah Farida. Pagi itu, dia memang hendak ke kebun untuk menderes pohon karet dan selalu membawa air cuka.
Saya tidak bertujuan melakukan kejahatan. Saat itu saya mau berangkat menderes, tiba-tiba cuaca gelap. Kalau mau menderes kan bawa cuka dan pisau guris. Tiba-tiba Farida lewat sembari mengatakan: kenapa kau tengok-tengok saya, kata Sudirman menirukan ucapan Farida.
Saat itu saya langsung naik darah (emosi) mendengar ucapannya, tutur Sudirman dengan raut wajah sedih.
Di hadapan Kapolres, Sudirman juga mengeluhkan masalah jual-beli sawah dengan Mahmud, abang korban. Surat tanda kepemilikan sawah yang dia beli dari Mahmud ternyata palsu.
Sudirman juga mengaku kesal, karena uang yang dibayarkan untuk membeli sawah kepada Mahmud senilai Rp35 juta tidak dikembalikan sampai sekarang.
Sebab, kata dia, Farida tetap ngotot mengklaim sawah yang dijual abangnya tersebut merupakan miliknya. Padahal, Sudriman sudah membayarnya setengah harga secara kontan.
“Kalau Mahmud yang salah, pasti dia mengembalikan uang saya. Atau Mahmud ditahan, karena menjual harta yang bukan miliknya. Kenapa dia (Mahmud) dilepasin saat itu? Uang saya enggak kembali sebanyak Rp35 juta,” ungkap Sudirman.
Itu sebabnya, Sudirman meminta keadilan di depan hukum. Sebab, sebelum dia beli, sawah itu dia garap dengan tetap membayar sewanya.
“Sebelum saya beli, saya yang garap sawah itu. Ongkosnya kukasih sama Si Mahmud. Tiba-tiba si Mahmud butuh uang, karena anaknya mau masuk TNI. Dia meminta tolong supaya kubayar tanahnya, kata Sudirman.
“Saat itu kubilang sama Mahmud, lantaran ada saudaramu satu lagi, yakni Farida, jangan semua kubayar, setengah saja. Tapi saat itu, kuminta dibuat surat, bagian si Farida setengah lagi. Surat itu juga ada saya bawa dulu ke Polres ini, papar SSudirma.
Berjalan dua tahun, Sudirman terus menggarap sawah itu. Namun, Mahmud menjual lagi setengah sawah itu ke orang lain, sehingga membuat Farida mengamuk.
Saya kesal, uang yang saya keluarkan untuk beli sawah lenyap begitu saja akibat ulah Mahmud dan ketidakpercayaan Farida, tuturnya.
Reporter: Agus Hasibuan
Discussion about this post