Sibolga, StartNews – Kota Sibolga dikenal sebagai ‘Negeri Berbilang Kaum’. Masyarakatnya cukup heterogen dengan kondisi sosial hidup yang rukun dan damai berdampingan. Kondisi ini tidak terlepas dari pengaruh dan kiprah penyuluh agama, tokoh agama, tokoh adat, budaya yang terus menebarkan ajaran agama, tatasusila kebaikan yang diterapkan kepada masyarakat.
Sebuat saja salah satunya, Jupraini Sipahutar, penyuluh Agama Islam non-PNS Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Sibolga. Jupraini Sipahutar menjadi penyuluh non-PNS sejak 2011. Namun, pengabdiannya untuk umat sudah sejak 1998 sebagai pengajar di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) sekaligus membina majelis taklim.
“Saya bekerja sebagai penyuluh Agama Islam (PAI) non-PNS di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sibolga Selatan. Kebetulan rumah tidak terlalu jauh ke kantor. Jadi, terkadang pernah ditempuh berjalan kaki untuk bekerja ke kantor,” kata Jupraini Sipahutar di Sibolga, Rabu (23/10/2024).
“Sebagai penyuluh Agama Islam non-PNS, dengan penghasilan tidak terlalu besar, secara ekonomi memang kurang memadai. Namun, keberkahan dari menebarkan dan memberi penyuluhan kemasyarakatan rasanya cukup untuk kehidupan sehari-hari,” sambung Jupraini Sipahutar seraya berkisah.
Jupraini Sipahutar melanjutkan ceritanya, selama menjadi penyuluh dan mengajar di TPQ, tak terasa sudah berjalan 26 tahun. Semua dia lalui dengan syukur yang tak henti hingga saat ini perhatian pemerintah kepada Penyuluh Agama Islam non-PNS.
“Alhamdulillah. Pemerintah sudah memperhatikan kami para Penyuluh Agama Islam non-PNS. Mudah-mudahan di pemerintahan Kabinet Merah Putih dan Menteri Agama Nasaruddin Umar, terus dan terus memberi perhatian baik kepada Penyuluh Agama Islam non-PNS,” kata Jupraini Sipahutar.
Jupraini Sipahutar menyampaikan, selain sebagai PAI non-PNS dan guru di TPQ, dia juga terlibat di majelis taklim pengajian nelayan bernama KNTM (Kumpulan Nelayan Tolong Menolong).
“Saya cerita, Pak. Pernah suatu ketika, saya hendak ke KUA Kecamatan Sibolga Selatan. Karena tidak mempunyai uang, saya berjalan kaki. Sampai di kantor, rasa capek juga. Namun, tidak mengurangi semangat saya untuk mengabdi, karena dalam benak saya adalah melaksanakan tugas,” ucap Jupraini Sipahutar.
Jupraini Sipahutar juga berkisah bahwa transportasi umum di Kota Sibolga masih minim, utamanya menuju Kantor KUA Kecamatan Sibolga Selatan. Jadi, untuk menuju kantor KUA cukup mengeluarkan waktu dan tenaga berlebih ketika tidak menggunakan kendaraan pribadi.
Walau ada kendaraan pribadi seperti kereta (motor), juga harus berhati-hati karena jalanan yang kurang baik. Tentu kesemua hal itu berdampak terhadap perekonomian warga masyarakat.
“Ketika memberi penyuluhan kepada masyarakat disambut dengan antusias. Rasa lelah, capek di perjalanan tak lagi terasa manakala telah bertemu dengan warga,” ungkap Jupraini Sipahutar.
Selain itu, Jupraini Sipahutar juga membina majelis taklim pengajian nelayan yang anggotanya 26 orang ibu-ibu untuk belajar mengaji Al Quran yang dilaksanakan bergiliran dari rumah ke rumah pada malam hari.
“Saya tidak ingin aktivitas mengaji dan membaca Al Quran hilang dari Kota Sibolga. Maka lahirlah program maghrib mengaji ini,” terang Jupraini Sipahutar.
Bagi Jupraini Sipahutar, pembangunan fisik (infrastruktur) harus diimbangi dengan pembangunan mental spiritual, khususnya keagamaan. Gerakan maghrib mengaji diharapkan menjadi budaya dan ciri khas masyarakat, khususnya anak-anak di Kota Sibolga, Kecamatan Sibolga Selatan, agar nilai-nilai spiritualitasnya terjaga.
“Pada realitasnya disini, masih banyak masyarakat yang membutuhkan pembelajaran baca tulis Al Quran. Kiranya pemerintah bisa lebih memperhatikan. Disini sangat perlu mendapat perhatian dakwah. Saya bersyukur bisa bertugas disini. Pagi di KUA, siang di majelis taklim, dan malam di TPQ. Semuanya demi umat,” ungkap Jupraini Sipahutar.
Sebagai informasi, berdasarkan data Ditjen Dukcapil Kemendagri, jumlah umat berdasarkan agama di Kota Sibolga yaitu, Islam 57.952 (58,7%), Protestan, 33.385 (33,82%), Katolik, 5.058 (5,12%) dan Buddha 2.327 (2,36%).
Kontributor: M. Arif Efendi