Panyabungan, StartNews – Udara dingin tak menyurutkan semangat Muhammad Ridwan untuk tetap bertahan di barisan antrean sambil menanti pasokan bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pasar Baru, Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Senin (1/12/2025) dini hari. Warga Pidoli ini tak sekadar mengantre, tetapi juga sedang mengejar waktu dan harapan.
Sepeda motornya diparkir rapi di antrean paling depan. Ridwan rela menunggu hingga malam larut, bahkan setelah petugas SPBU dan Polres Madina mengumumkan bahwa kiriman tangki BBM belum tiba. Sumber informasinya sederhana, sebuah unggahan di Facebook yang menyebutkan mobil pengangkut dari Dumai telah bergerak menuju Madina.
Kekhawatiran yang mendorong Ridwan untuk bertahan di SPBU adalah adiknya yang hilang kontak sejak bencana banjir dan tanah longsor melanda Madina enam hari lalu. Sang adik diketahui bekerja di sebuah perusahaan di Desa Batu Mundom, salah satu wilayah yang paling terisolasi pascabencana.

“Saya rela menunggu BBM di sini karena saya harus secepatnya bepergian ke wilayah pantai barat untuk mencari adek saya yang tidak ada kabar,” tutur Ridwan dengan wajah cemas.
“Sudah enam hari hilang kontak. Keluarga sangat khawatir terjadi hal yang tak diinginkan,” tuturnya.
Bagi Ridwan, setiap tetes bahan bakar adalah kunci yang akan membuka akses ke kabar adiknya. BBM menjadi satu-satunya penghubung antara kecemasan keluarga dan kepastian di lokasi bencana.
SPBU Pasar Baru Panyabungan menjadi saksi bisu betapa gentingnya situasi ini. Warga berbondong-bondong mengambil antrean hingga meluber ke ruas Jalan Lintas Sumatera, menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Aparat kepolisian dari Polres Madina pun harus berpatroli untuk mengamankan lokasi dan menertibkan antrean.
Namun, di tengah keseragaman wajah-wajah letih pengantre yang hanya memikirkan kebutuhan berkendara, Ridwan menjadi representasi perjuangan kemanusiaan yang lebih dalam. Dia tahu bahwa malam itu BBM mungkin tidak akan datang. Namun, dia tetap bersabar di barisan terdepan.
Ridwan berharap ketika mobil tangki itu tiba, dia akan menjadi yang pertama mendapatkan pasokan, lalu segera menancapkan gas menembus jalanan rusak menuju Batu Mundom. Bagi Ridwan, malam di SPBU bukanlah tentang antrean BBM, melainkan tentang janji untuk menemukan saudaranya, apapun risikonya.
Reporter: Agus Hasibuan





Discussion about this post