Tambangan, StartNews Pelestarian aneka permainan tradisional atau disebut Wisata Permainan Leluhur (Witapermainur) di masing-masing desa di Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) pada Minggu (1/6/2025) kemarin merupakan salah satu wujud pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Witapermainur merupakan gerakan memperkenalkan kembali warisan leluhur berupa permainan yang sarat nilai-nilai persatuan, kedisiplinan, kebersamaan, gotong-royong, dan keuletan kepada anak-anak. Kegiatan ini dipadukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT).
Pemerintah Desa Muaramais Jambur, misalnya, melibatkan kaum orangtua serta pemberian makanan tambahan bagi anak-anak yang meninggalkan gawai dan kembali membangun ikatan emosional melalui interaksi langsung dengan kawan sebaya.
Begitu juga yang diimplementasikan oleh Pemerintah Desa Tambangan Tonga yang membuka ruang ramah anak dengan menyediakan beragam alat permainan tradisional yang merupakan warisan leluhur. Anak-anak juga mendapatkan makanan tambahan bergizi.
Hal serupa dilakukan Pemerintah Desa Laru Dolok yang menunjukkan kebersamaan, bagian dari implementasi sila ketiga, dengan melibatkan kepala dan aparatur desa, kader kesehatan, dan pengurus TP PKK dalam pembatasan pemakaian gawai pada anak-anak dan remaja.
Desa-desa lain pun demikian. Menggelar Witapermainur setiap Minggu pagi. Tujuannya, membangun ruang interaksi sosial langsung antar-anak yang akhir-akhir ini terenggut waktunya untuk bermain gawai atau permainan daring.
Kepala Desa Simangambat TB Ahmad Rasyid Nasution menuturkan, pemdes se-Kecamatan Tambagan berkomitmen membangun kesadaran betapa pentingnya interaksi sosial dalam membentuk generasi yang Pancasilais.
Nilai-nilai Pancasila seperti gotong-royong, musyawarah untuk mufakat, tidak akan tercapai tanpa adanya rasa persatuan, katanya.
Pembatasan gawai ini selaras dengan amanat Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang disampaikan pada peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2025.
Pesan tersebut menitikberatkan pentingnya kesadaran kolektif bahwa dunia maya bukan ruang bebas nilai. Etika, toleransi dan saling menghargai tetap harus ditegakkan. Pancasila harus menjadi panduan dalam berinteraksi di media sosial maupun platform digital lainnya.
Kami melihat perlunya pendampingan dan pembatasan gawai bagi anak-anak. Sebab, mereka belum bisa memilah dan memilih informasi yang layak atau tidak layak bagi anak seusia mereka, kata Camat Tambangan Enda Mora.
Reporter: Rls
Discussion about this post