Jakarta, StartNews – Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) kembali mengukir prestasi gemilang di kancah nasional dengan meraih penghargaan terbaik pertama (Top 1) dalam ajang Integrated Sustainability Indonesia Movement (I-SIM) 2025.
Penghargaan tertinggi bagi pemerintah daerah yang berhasil mengakselerasi pembangunan berkelanjutan ini diterima langsung oleh Bupati Tapsel H. Gus Irawan Pasaribu dari Menteri PPN/Kepala Bappenas RI Rachmat Pambudy, di Jakarta pada Rabu (19/11/2025).
Keberhasilan Tapsel dalam I-SIM 2025 yang mengusung tema besar ‘Inovasi Pangan dan Gizi: Peningkatan Kualitas SDM, Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan, dan Penurunan Kemiskinan’, menyoroti program unggulannya, yakni Gerakan 1.000 Kolam Tapsel.
Tapsel berhasil menyingkirkan 105 kabupaten dan 77 kota di seluruh Indonesia yang mengikuti seleksi. Kabupaten di selatan Provinsi Sumatera Utara ini menjadi satu-satunya daerah di Pulau Sumatera yang lolos ke nominasi Top 5 dan keluar sebagai pemenang nasional (Top 1).
Gus Irawan mengungkapkan bahwa pemerintah pusat dan tim penilai memberikan apresiasi tinggi terhadap Gerakan 1.000 Kolam Tapsel sebagai inisiatif pembangunan ketahanan pangan yang strategis dan berkelas nasional.
Program ini dinilai memenuhi 17 tujuan dari Sustainable Development Goals (SDG’s) dan empat poin Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya terkait ketahanan pangan, swasembada, ekonomi hijau dan biru, serta pemerataan ekonomi desa.
Gus Irawan menegaskan penghargaan itu merupakan hasil kerja kolektif masyarakat Tapsel, bukan semata prestasi pemerintah daerah.
Program 1.000 Kolam Tapsel juga memperkuat fondasi Panca Cita Tapsel pada poin peningkatan ekonomi masyarakat melalui sektor pangan, penciptaan SDM sehat/cerdas melalui pemenuhan gizi, dan pembangunan yang asri/berkelanjutan.
Meskipun disebut 1.000 kolam sebagai jargon, Gus Irawan menjelaskan target sebenarnya adalah produksi yang dituangkan dalam RPJMD, dengan harapan Tapsel mencapai swasembada dan surplus ikan pada tahun 2029.
Saat ini, sudah terdapat 801 kolam ikan aktif yang didukung APBD, APBDes, dan CSR, dengan 102 desa mengimplementasikan program ini. Jika dihitung dengan kolam swadaya dan budidaya kearifan lokal, jumlahnya sudah melebihi 1.000 kolam.
Tapsel turut mengandalkan sistem tradisional lubuk larangan, yang kini diintegrasikan dalam konsep ketahanan pangan berbasis masyarakat. Lubuk larangan ini memberikan manfaat ekonomi (panen bisa mencapai Rp80-90 juta per pembukaan), lingkungan, dan sosial, bahkan diatur dengan peraturan desa (Perdes) untuk menjaga kelestariannya.
Gus Irawan juga menyinggung peluang dukungan dana pokok pikiran (Pokir) dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara senilai Rp2 miliar untuk mengembangkan budidaya aren/nira di sekitar daerah aliran sungai (DAS), yang memiliki keterkaitan erat dengan ekosistem program kolam ikan dan konservasi lingkungan.
Reporter: Lily Lubis





Discussion about this post