BANGSA Mandailing di pedesaan yang dominan sebagai petani, dalam perspektif curah kerja dari banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya perempuan (ibu rumah tangga) jauh lebih banyak menggunakan waktu dibanding pria (kepala rumah tangga) dalam memperjuangkan sebuah rumah tangga. Artinya pengorbanan waktu perempuan dibanding laki-laki sampai saat ini jauh lebih tinggi waktu perempuan. Ini juga merupakan ulikan kecil bagi pria di Mandailing bahwa bila ada kesadaran pria (kepala rumah tangga) menggunakan sejumlah waktu yang digunakan perempuan (ibu rumah tangga) dalam memperjuangkan rumah tangganya, sangat tinggi peluang kehidupan rakyat Mandailing berubah jauh lebih baik kedepan.
Mungkin ini pula yang menjadi bagian serpihan latar pemikiran Duet Sidak Sang Petinggi Daerah ini bersama Ketua TP PKK dengan naluri kewanitaannya sepakat mengunjungi beberapa OPD. Kehkawatiran sebagai perempuan terhadap perlindungan perempuan sangat wajar menjadi prioritas utama sebagai kaumnya dengan berkolaborasi di posisi masing-masing. Penting merawat perempuan Mandailing sebagai sosok-sosok mahkluk yang tangguh dan sangat bertanggungjawab nyata terhadap keberadaan keluarga.
Tentulah ketangguhan perempuan Mandailing harus pula sejajar dengan penghargaan terhadap mereka. Pola untuk menyejajarkan penghargaan yang baik tersebut adalah memulainya dari internal, sehingga menjadi teladan bagi semua lini lainnya. Maka dapat diyakini bahwa Sidak Duet beberapa hari lalu sangat terkait dengan keramahan tempat kerja bagi perempuan yang merupakan suatu keharusan bagi setiap tempat kerja. Secara fisik di perkantoran penting memiliki bebarapa fasilitas dan program yang mendukung perlindungan kaum perempuan. Ini bukan hanya sekadar program pemerintah, akan tetapi senyatanya merupakan upaya perlindungan perempuan yang merupakan bahagian dari kita semua.

Kantor yang mendukung keramahan pada perempuan akan menerima dampak positif, dimana pekerja perempuan akan terus loyal, karena merasa posisi dan kebutuhannya diakui. Keinginan untuk terus mengaktualisasikan diri tidak terhalangi. Fokus lebih terjamin, produktivitas juga lebih tinggi. Tidak ada pilihan untuk berhenti bekerja sebab minimnya fasilitas, apalagi akibat tidak ada fasilitas sama sekali.
Sidak Duet perdana telah dimulai, pertanda genderang perjuangan perlindungan perempuan untuk menjadikan Kantor Ramah Perempuan di OPD oleh dua kelembagaan, yakni Pemerintah dan TP PKK sudah ditabuh, karena ini merupakan bagian dari tugas. Sayangnya, ketika Duet ini mulai menabuh genderang, ternyata di Mandailing masih banyak kalangan yang belum paham bagaimana kriteria atau ciri kantor yang ramah pada perempuan. Untuk itu, berikut ciri fisik maupun non-fisik yang harus dimiliki oleh sebuah kantor.
Ruang menyusui; sebagai fasilitas fisik merupakan satu kewajiban untuk mendukung para ibu tetap dapat memberi ASI. Ini juga dapat diartikan bahwa kantor tersebut telah mendukung adanya generasi masa depan yang tumbuh sehat dan cerdas. Day care: sebagai sesuatu yang harus terus digemakan. Terutama bagi para pekerja perempuan yang mempunyai jam kerja panjang. Kebutuhan bertemu bisa dilakukan dengan cepat, sekaligus sebagai cara kontrol pada tumbuh kembang anak. Ternyata kita masih sangat butuh kepedulian untuk ini.
Toilet berprivasi; yang bukan hanya sekadar toilet terpisah antara pria dan wanita, tapi juga menjamin privasi. Tergaransi tidak terpasang kamera tersembunyi, bersih, dan higienis, kegiatan di toilet maupun kamar mandi tidak tembus pandang atau terlihat dari luar. Cuti haid dan melahirkan; yang cukup diberikan pada pekerja perempuan, berikut kompensasi biaya yang akan diterima. Bila terjadi kondisi di luar dugaan, kantor juga harus tetap ramah memberikan kelonggaran waktu cuti lebih lama. Gaji yang setara; Pengembangan karier dan keterampilan; tidak ada bias gender dengan tetap berdasar prestasi yang bukan pada jenis kelamin. Demikian pula pengembangan karier dan keterampilan akan diberikan sejak perempuan memulai debutnya di kantor.

Kostum yang nyaman; berlaku bagi pekerja perempuan yang membuat mereka nyaman. Tidak menghalangi gerak, terlalu tebal dan berasa panas, atau terlalu tipis dan mengundang rasa kedinginan. Khususnya untuk para ibu yang sedang hamil dan menyusui, kantor yang ramah akan memberikan keluwesan dalam berpakaian sehari-hari. Sayangnya, dalam hal ini oleh beberapa oknum, malah perempuan pula yang terkadang sengaja pakaiannya tidak nyaman. Tata berpakaian inilah yang sering mengusik kenyaman kantor bagi lawan jenis, sehingga merusak iklim kondusivitas kantor. Tata berpakaian ini juga telah menjadi perhatian dalam Sidak Duet tersebut untuk segera masing-masing berbenah sesuai Perda Tata Berpakaian di Perkantoran di wilayah Mandailing Natal.
Ruang Refresentatif; dengan keterbukaan ruang kantor, jarak dan arah pandang tempat duduk sehingga dapat menjaga kemungkinan terjadinya hal-hal yang mengarah pada pelecehan terhadap perempuan. Dan ini juga telah menjadi perhatian saat sidak sehingga ada kaca film ruang kantor yang sangat gelap (sulit tembus pandang) telah menyita perhatian dan dilanjutkan dengan tindakan untuk membersihkan kembali oleh kolaborasi dua lembaga ini.
Program-program seperti ini tidak boleh dianggap sebagai beban bagi OPD, menyediakan ruangan khusus untuk ibu menyusui misalnya, jangan lantas dilihat sebagai cost, tetapi sebagai investasi. Program daycare atau penitipan anak harus dilengkapi kegiatan edukasi dari sekolah. Alhasil, berbagai kemudahan seperti ini kemudian mencetak pegawai produktif. Karena mereka lebih mampu menyeimbangkan berbagai peran yang dimiliki, sebagai pekerja dan juga orangtua. Sebagian memamg telah mulai mengarah pada penerapan program ramah perempuan semacam ini. Untuk itu, bagi OPD yang belum melakukan, setidaknya dengan memberikan nursery room yang nyaman, termasuk untuk ibu yang perlu memerah ASI sudah ada. Ini yang menjadi harapan Sidak Duet yakni (terutama perempuan) membuat mereka merasa terlindungi sehingga senang dan setia bekerja. Tentu akan terlihat berdampak pada tingkat kehadiran ASN nantinya.
Harapan dari Sidak Duet tersebut, tentu juga ingin meneladankan kepada semua pihak bahwa Perempuan Mandailing yang dikenal tangguh sebagai petani di pedesaan, harus juga menjadi perempuan Mandailing yang tangguh di ranah perkantoran yakni dengan melindungi mereka dari peradaban buruk ulah lawan jenis dengan berbagai modus yang harus ditebas habis.
Dibutuhkan dukungan bagi kedua perempuan yang secara nyata ini, telah melakukan perlindungan perempuan di Mandailing dengan kapasitas yanga ada pada mereka. Ini yang dinanti para perempuan sehingga tidak hanya NATO (Not Action Talk Only) dalam pidato dan gagasan. Tapi nyata berbuat di lingkungan yang menjadi ranahnya dengan terlebih dahulu menyikapi dari internal untuk menjadi teladan dalam program labih lanjut kepada masyarakat. Dengan demikian bukan hanya sekedar dukungan yang harus kita pertontonkan tapi juga aksi dari semua OPD terhadap perwujudan kewajiban perlindungan kaum perempuan sudah harus segara terwujud dalam konsep Kantor Ramah Perempuan. Tentu, kita yakin aka ada sesi lanjutan Sidak Duet ini secara kontinyu. (***)
Discussion about this post