Tapteng, StartNews – Di Kampung Baru Pondok Bambu, sisa-sisa lumpur pascabanjir masih menyelimuti pekarangan. Namun, bagi Ama Tasya Zebua, dinginnya lumpur tak sebanding dengan rasa perih di hati saat melihat anaknya.
Harta benda boleh hanyut, perabot boleh rusak, tetapi melihat buah hati menggigil tanpa pakaian kering adalah mimpi buruk bagi setiap orangtua.
“Anak saya sudah tidak punya baju lagi. Semua sudah hilang terbawa banjir dan tanah longsor,” tutur Ama Tasya dengan suara bergetar. Matanya menyiratkan kelelahan, tetapi terselip rasa syukur yang mendalam.
Jumat (12/12/2025) menjadi hari yang sedikit berbeda di Kecamatan Tukka. Di tengah duka yang belum pulih sepenuhnya, rombongan Kepolisian Resor (Polres) Tapanuli Tengah hadir. Bukan untuk penegakan hukum, melainkan untuk menegakkan kemanusiaan.
Dipimpin Wakapolres Kompol M. Iskad, rombongan polisi ini menyusuri Lingkungan IV dan Lingkungan II, Kelurahan Hutanabolon. Mereka tidak datang dengan tangan kosong. Di tangan mereka, terlipat harapan berupa pakaian dan selimut.
Bantuan ini mungkin terlihat sederhana bagi mereka yang hidup berkecukupan. Namun, bagi para korban di Tukka, sehelai pakaian kering adalah kemewahan yang paling dicari saat ini. Paket bantuan yang diserahkan meliputi pakaian anak, pakaian balita, pakaian wanita dan pria, hingga selimut tebal.
Wakapolres Tapteng Kompol M. Iskad menegaskan kehadiran Polri di lokasi bencana membawa misi emosional, bukan sekadar distribusi logistik.
“Kami hadir untuk memastikan saudara-saudara kita yang terdampak bencana mendapatkan kebutuhan dasar yang mendesak,” ujarnya di sela-sela kegiatan.
Dia menambahkan sebuah kalimat yang merangkum esensi kegiatan hari itu. “Pakaian dan selimut ini kami harapkan dapat memberikan kehangatan dan kenyamanan, ibarat selimut sehangat kasih ibu, di tengah masa sulit ini.”
Bagi Ama Tasya Zebua dan warga lainnya, kedatangan bantuan ini tepat pada waktunya. Saat lemari pakaian mereka kosong disapu air bah, bantuan dari Polres Tapteng menutup kecemasan mereka akan kesehatan anak-anak yang rentan terserang penyakit pascabencana.
“Kami sangat berterima kasih sekali. Ini sangat membantu kami,” ungkap Ama Tasya, sambil memeluk erat pakaian baru untuk anaknya.
Hari itu, di Tukka, seragam cokelat polisi tidak hanya menjadi simbol keamanan, tetapi menjadi simbol kehangatan keluarga. Di tengah dinginnya pascabencana, warga Tapteng diingatkan kembali bahwa mereka tidak sendirian. Ada tangan-tangan yang siap merangkul, menghadirkan kehangatan layaknya kasih seorang ibu yang tak pernah putus.
Reporter: Sir





Discussion about this post