• Media Kit
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Minggu, Oktober 19, 2025
  • Login
Start News
  • Home
  • Newsline
  • Madina
  • Sumut
  • Nasional
  • Kabar Desa
  • Figur
  • Hiburan
  • Start TV
  • Start FM
No Result
View All Result
  • Home
  • Newsline
  • Madina
  • Sumut
  • Nasional
  • Kabar Desa
  • Figur
  • Hiburan
  • Start TV
  • Start FM
No Result
View All Result
No Result
View All Result

Kultus, Iman, dan Jalan Lurus

OLEH: Thobib Al Asyhar|Dosen Psikologi dan Antropologi Islam SKSG Universitas Indonesia

by Redaksi
Jumat, 28 Maret 2025
0 0
0
Kultus, Iman, dan Jalan Lurus

Thobib Al Asyhar|Dosen Psikologi dan Antropologi Islam SKSG Universitas Indonesia.

ADA satu fenomena yang terus berulang dalam sejarah umat manusia, yaitu kultus. Ia muncul dalam berbagai wajah dan praktik kehidupan—agama, politik, budaya—dan selalu membawa pola yang sama. Ada seorang pemimpin dengan aura otoritas, bahkan magis yang tak tergoyahkan, ada sekelompok pengikut yang bersedia tunduk tanpa syarat, dan ada sistem keyakinan yang menutup rapat pintu pertanyaan.

Praktik kultus dalam semua sendi kehidupan tersebut merupakan “penyimpangan” perilaku yang dapat merusak tatanan kehidupan sosial yang baik. Munculnya kultus karena adanya komunitas “orang yang percaya” dengan pola organisasi yang ketat, yang sedikit sekali memberi kemungkinan anggotanya untuk keluar. Belum lagi ditambah dengan doktrin dan dogma tertentu yang menjadikan pengikutnya terbelenggu oleh mindset pemikiran, emosi, dan ketergantungan ekonomi yang dibentuk.

Beberapa contoh praktik kultus di nusantara, diantaranya kasus Haur Koneng, Majalengka, yang sempat memakan korban jiwa. Kasus heboh Eyang Subur pada tahun 2012, yang dituduh telah melakukan praktik perdukunan dan aliran menyimpang. Eyang dipuja-puji oleh pengikutnya. Ada juga kasus kerajaan Ubur-ubur, sebuah komunitas keagamaan di Serang, Banten. Selain itu ada pemujaan jiwa NN, praktik mengadopsi jiwa orang yang sudah meninggal untuk memperpendek waktu mereka di Api Penyucian, dan masih banyak lagi.

Kultus bukan sekadar kesetiaan, melainkan pemujaan yang berlebihan. Ia tidak memberi ruang bagi kebebasan berpikir. Sebaliknya, kultus menuntut kepatuhan mutlak. Kita mengenal berbagai sekte yang berakhir tragis: dari People’s Temple yang dipimpin Jim Jones hingga gerakan-gerakan yang menunggu kiamat dalam fanatisme buta. Semua memiliki satu kesamaan—pemimpin menjadi pusat orbit, dan para pengikut kehilangan cahaya sendiri.

Dalam Islam, larangan menggambar Nabi Muhammad saw dalam bentuk apapun adalah salah satu upaya mencegah kultus. Bukan karena Islam anti-seni, melainkan karena gambar memiliki kekuatan membentuk imajinasi, dan imajinasi bisa melahirkan pemujaan yang berlebihan. Nabi adalah insan kamil, manusia sempurna, tetapi tetap manusia. Ketika sosoknya dipahat dalam bentuk tertentu, ada risiko bahwa umat akan melihatnya bukan sebagai manusia yang diutus untuk menuntun, melainkan sebagai entitas yang harus disembah.

Kultus menciptakan lingkaran tertutup. Ia mengisolasi diri dari dunia luar, mencurigai perbedaan, dan menolak interaksi yang bisa menggoyahkan “kemurnian” ajaran mereka. Ini bukan hanya terjadi di kelompok-kelompok kecil yang tersembunyi di sudut-sudut dunia. Dalam skala lebih luas, pola ini juga dapat merasuk ke dalam politik dan budaya. Sejarah mencatat betapa pemujaan terhadap seorang pemimpin bisa menjadikan bangsa kehilangan suara sendiri.

Lalu bagaimana keluar dari jerat ini Jawabannya ada dalam kalimat pertama syahadat, La ilaha illallah. Pernyataan ini dimulai dengan penolakan (nafy): “Tiada Tuhan…” Sebuah pengingkaran terhadap semua yang bisa mengikat kebebasan manusia—entah itu manusia lain, ideologi, harta, atau kekuasaan. Kemudian, setelah menegasikan, datang pengukuhan (itsbat), “…selain Allah.” Hanya kepada-Nya manusia menyerahkan diri, tanpa perantara yang mengklaim memiliki otoritas mutlak atas iman seseorang.

Kekuatan kalimat “tahlil” atau Laa ilaha illallah tersebut memiliki kekuatan yang luar biasa dahsyat. Kalimat Laa ilaha menggambarkan bahwa umat Islam dilarang memiliki sandaran kepada yang lain, apalagi pada otoritas manusia yang sarat kelemahan dan kekurangan. Sementara penegasan “illallah” merupakan “paku bumi” spiritual bahwa hanya Allah (Tuhan sekalian alam) yang patut disembah dan dipuja. Kalimat thayyibah merupakan keyword distingtif antara muslim dan kafir dalam arti yang sangat luas.

Secara faktual, manusia memang memiliki kecenderungan untuk mencari sesuatu yang lebih besar dari dirinya, sesuatu untuk dipercayai, untuk dijadikan pegangan yang oleh orang beragama disebut Tuhan. Namun, pegangan itu harus pada Dzat yang benar-benar tak tersentuh oleh kepentingan manusia, sesuatu yang tidak bisa dimanipulasi oleh individu atau kelompok. Jika tidak, maka ia hanya akan menjadi mitos yang suatu saat akan runtuh.

Syahadat bukan sekadar kalimat, tetapi deklarasi kebebasan. Syahadat adalah “jalan lurus” dari penyimpangan iman. Ia melepaskan manusia dari ketundukan pada apa pun selain Tuhan yang Kuasa. Dalam kebebasan itu, manusia menemukan jalan yang lurus—jalan iman yang hanif, tidak berlebihan, tidak tersesat dalam fanatisme, dan tidak terperangkap dalam kultus.Wallahu a’lam. (*)

Tags: ImanJalan LurusKultusOpini
ShareTweet
Next Post
Cek Kesehatan untuk Mencegah Risiko Perjalanan Selama Mudik Lebaran

Cek Kesehatan untuk Mencegah Risiko Perjalanan Selama Mudik Lebaran

Discussion about this post

Recommended

Pemkab Madina dan PTPN IV Gelar Pasar Murah Minyak Goreng di Empat Kecamatan

Pemkab Madina dan PTPN IV Gelar Pasar Murah Minyak Goreng di Empat Kecamatan

3 tahun ago
Wabup Madina Ungkap Kendala Pembangunan Bandara Jenderal AH Nasution

Wabup Madina Ungkap Kendala Pembangunan Bandara Jenderal AH Nasution

2 tahun ago

Popular News

  • 19 Pejabat Pemkab Madina Ikut Uji Kompetensi dan Evaluasi Kinerja, Ini Daftar Namanya

    19 Pejabat Pemkab Madina Ikut Uji Kompetensi dan Evaluasi Kinerja, Ini Daftar Namanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sertijab Berlangsung Senyap, Bupati Ganti Plt. Kadis PUPR Madina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Madina Berharap Uji Kompetensi Lahirkan Pejabat Cerdas dan Visioner

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PN Madina Kabulkan Eksekusi Pengosongan Rumah di Desa Mompang Julu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Madina Tepis Isu Mutasi dan Eksistensi ‘Tim Bayangan’ yang Bergerilya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Contact
  • Home
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

© 2025

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

error: Copyright Start News Group
No Result
View All Result
  • Home
  • Madina
  • Sumut
  • Newsline
  • Nasional
  • Newsline
  • Kabar Desa
  • Opini
  • Figur
  • Komunitas

© 2025