Jakarta, StartNews Pemerintah akan mempercepat program konversi kendaraan bermotor BBM menjadi kendaraan bermotor listrik. Program konversi ini diharapkan mampu memberikan dampak signifikan dari segi efisiensi maupun pengelolaan lingkungan.
Komitmen itu dicetuskan usai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengikuti rapat kerja internal di Gedung Kementerian ESDM Jakarta, Senin (19/9/2022).
Peningkatan jumlah kendaraan yang cukup drastis, dengan rata-rata pertumbuhan 4,1% per tahun, yang didominasi kendaraan roda dua (121 juta unit tahun 2021).
“Saat ini di Indonesia ada sekitar 120 juta sepeda motor. Jika per satu motor menggunakan BBM 0,34 liter per hari dikalikan dengan 120 juta itu sama dengan 700 ribu barel crude yang digunakan, kata Arifin Tasrif.
Namun, kata dia, jika menggunakan motor listrik cuma isi ulang daya baterai. Jika per liter BBM (harga lama) Rp 7.650 per liter, maka akan terkumpul biaya pembelian BBM sebesar Rp 2,3 juta rupiah. Jika menggunakan motor listrik, hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 585 rtibu dengan harga BBM yang sekarang Rp 10 ribu per liter, maka perbedaanya makin besar.
Penggunaan motor listrik, lanjut Arifin, akan memberi penghematan besar bagi masyarakat dan negara dalam hal pengurangan devisa impor BBM atau crude. “Jika semakin banyak masyarakat yang beralih menggunakan motor listrik, maka diperkirakan akan menjadi cikal bakal Indonesia membangun industri otomotif sendiri,” katanya.
Sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai kendaraan dinas operasional atau kendaraan perorangan dinas/instansi pemerintah pusat dan pemerintahan daerah telah ditetapkan untuk percepatan pelaksanaan program penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Salah satu percepatan dalam Inpres tersebut, melalui program konversi kendaraan bermotor bakar menjadi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
“Saat ini program motor listrik masih dalam skala pilot project. Tetapi dalam program pilot project ini, kita juga sudah mempunyai 4 bengkel tersertifikasi. Saat ini ada 40 bengkel lagi yang mengajukan untuk pelatihan bagaimana bisa melakukan konversi, ini akan terus ditumbuh kembangkan,” terang Arifin.
Arifin mengungkapkan, program ini juga akan menumbuhkan kegiatan ekonomi baru, yakni perakitan yang dilakukan oleh bengkel-bengkel servis yang memerlukan tenaga kerja baru dan perputaran roda ekonomi.
“Bayangkan saja ada 120 juta motor kali Rp 10 juta, itung-itung kurang lebih ada sekitar Rp 10 triliun aktivitas untuk mengkonversi, termasuk juga pemasangang-pemasangannya,” ungkap Arifin.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Presiden bahwa Kementerian diminta memberikan prioritas untuk penggunaan EV (Electric Vehicle) ini.
Misalkan, untuk mobil kita lakukan penggantian atau yang baru, termasuk juga motor-motor dinas yang dimiliki oleh kementerian/lembaga ini diprioritaskan, ungkapnya.
“Kita bersama-sama berdiskusi dengan Kementerian Keuangan diupayakan ada subsidi pada saat adanya konversi itu, terutama untuk kendaraan motor ini, baik yang dimiliki kementerian/lembaga maupun masyarakat, terutama yang berkaitan komersial,” imbuh Budi.
Apabila capex-nya dibantu, kata dia, maka akan menjadi ringan dan efisien. Kalau biasanya mengeluarkan Rp 2 juta per bulan menjadi Rp 500 ribu per bulan, maka akan mendapatkan keuntungan Rp 1,5 juta.
Jadi, ini satu angka yang menarik dari skala mikro maupun skala makro. Skala mikronya orang per orang mengalami efisiensi dalam opex-nya. Sedangan capex–nya kita akan upayakan adanya subsidi,” sambung Budi.
Reporter: Rls





Discussion about this post