
AWALNYA saya dihubungi mantan redaktur Haluan, tentang sebuah arca yang disimpan temannya, seorang mantan jurnalis juga. Lalu saya dikirimi foto-foto sebuah arca perunggu “Dewi Sri”. Itu dewa yang dianggap sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran. Pada masa lalu, arca ini dibuat sebagai medium untuk menyembah roh. Tentu sudah lama sekali, merujuk ke masa perunggu.
Setelah periode zaman batu, nenek moyang kita memasuki zaman perunggu. Itu zaman ketika mereka sudah bisa membuat peralatan dari logam. Diperkirakan 3000 – 2000 SM. Tentu berbeda setiap daerah. Ada yang hanya 500 SM. Setidaknya, di zaman itu, nenek moyang kita sudah menguasai teknik peleburan logam. Tentu juga keterampilan bertanam padi.
Arca perunggu ada yang berbentuk manusia, ada yang berbentuk hewan seperti kerbau. Bentuk manusia ada yang berdiri, menari, atau memegang panah.
Dewi Sri diwujudkan dalam bentuk gadis cantik dalam puncak keremajaannya. Bertubuh langsing dan sintal. Begitu streotipe cantik di masa sebelum masehi.
Ditemukan di Tombang Bustak, Kotanopan, Mandailing Natal pada kedalaman 4 meter. Tinggi arca sekitar 25 cm. Tentu ini bagian dari peradaban Sungai Batang Gadis. Arca ini setidaknya menunjukkan betapa kawasan Kotanopan merupakan lahan persawahan yang subur pada zaman kuno.
Selama ini catatan tentang arca perunggu di sumatera selalu merujuk ke Bangkinang (Riau) dan Palembang (Sumatera Selatan), ternyata juga ada di Mandailing Natal. (***)
Discussion about this post