Tapsel, StartNews – Malam di Pos Pengungsian Batuhula, Batangtoru, Tapanuli Selatan (Tapsel), biasanya hanya diisi oleh suara jangkrik dan percakapan lirih para penyintas yang masih dibayangi ingatan pahit banjir dan longsor pada akhir November lalu.
Namun, Sabtu (27/12/2025) malam itu terasa berbeda. Sebuah layar raksasa dari mobil videotron milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memecah kegelapan, membawa warna dan suara yang sudah lama tidak mereka nikmati.
Gelak tawa pecah saat adegan lucu dari film Agak Laen diputar. Bagi warga seperti Alwi, yang kehilangan ketenangan sejak bencana melanda Desa Hutagodang, kehadiran “bioskop keliling” ini adalah kemewahan yang mengharukan.
“Sudah lama kami tidak menonton TV. Tiba-tiba dikasih TV yang sangat besar. Alhamdulillah, kami sangat terhibur. Anak-anak juga bisa tertawa bersama,” ujar Alwi dengan mata berbinar.
Baginya, film itu bukan sekadar tontonan, melainkan pelipur lara di tengah ketidakpastian.
Langkah ini merupakan inisiatif Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution yang dikolaborasikan melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Dinas Perhubungan Sumut. Tujuannya sederhana, tetapi mendalam: memberikan trauma healing melalui hiburan visual.
Kepala Dinas Kominfo Sumut Erwin Hotmansah, yang hadir langsung di lokasi, memandang kerumunan anak-anak yang duduk bersila di depan layar dengan rasa haru. Dia menyadari bahwa memulihkan infrastruktur mungkin butuh waktu. Namun, memulihkan mental korban harus dimulai sesegera mungkin.
“Kita ingin memberikan sedikit percikan semangat dan pengobat lelah. Bukan hanya untuk pengungsi, tapi juga untuk para relawan yang sudah bekerja keras tanpa henti,” ungkap Erwin.
Dia berharap tawa anak-anak malam itu bisa perlahan-lahan mengikis memori kelam tentang tanah yang bergeser dan air yang meluap.
Pos Pengungsian Batuhula kini memang menjadi pusat perhatian Pemprov Sumut. Tak hanya soal hiburan, aspek kesehatan dan pangan pun dijaga ketat. Selain dapur umum yang mengepulkan asap setiap hari, tersedia pula Bus Operasi Lapangan yang berfungsi layaknya rumah sakit berjalan, lengkap dengan peralatan untuk operasi kecil.
Malam itu, di bawah pendar cahaya videotron, Batuhula sejenak melupakan duka. Di tengah tenda-tenda darurat, layar lebar itu menjadi pengingat bahwa di balik bencana yang melanda, perhatian dan kemanusiaan masih terus mengalir.
Warga seperti Alwi dan anak-anak Batangtoru pulang ke tenda dengan satu harapan yang sama: pulih kembali dan menatap esok dengan senyuman yang lebih lebar.
Reporter: Lily Lubis





Discussion about this post