• Media Kit
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Senin, Oktober 27, 2025
  • Login
Start News
  • Home
  • Newsline
  • Madina
  • Sumut
  • Nasional
  • Kabar Desa
  • Figur
  • Hiburan
  • Start TV
  • Start FM
No Result
View All Result
  • Home
  • Newsline
  • Madina
  • Sumut
  • Nasional
  • Kabar Desa
  • Figur
  • Hiburan
  • Start TV
  • Start FM
No Result
View All Result
No Result
View All Result

Pesantren dan Jurnalisme Kebencian

by Redaksi
Senin, 20 Oktober 2025
0 0
0
Pesantren dan Jurnalisme Kebencian

Syafi'I (Inspektur 3, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama). (FOTO: ISTIMEWA)

BERBEDA dari tahun-tahun sebelumnya, Hari Santri 2025 diperingati dalam suasana berduka dan terluka. Dunia pesantren berduka oleh musibah yang menimpa sejumlah korban meninggal dari kalangan santri yang terjadi akibat robohnya sebuah bangunan di Pondok Pesantren al-Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur. Musibah ini menyisakan luka yang mandalam di kalangan pesantren, wali santri, masyarakat, dan juga pemerintah.

Hari Santri juga diliputi suasana terluka akibat ulah salah satu televisi swasta, dalam sebuah program “Expose Uncensored” yang tayang pada 13 Oktober 2025. Dengan mengambil objek Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, tayangan itu mendeskripsikan kehidupan kyai dan santri dalam pesantren dengan penggambaran yang tendensius, penuh kebencian, dan provokatif. Narasi yang disajikannya jauh dari nilai-nilai objektif yang seharusnya dijunjung tinggi dalam dunia jurnalistik.

Jika ditarik benang merah antara musibah Pondok Pesantren al-Khoziny dan Expose Uncensored televisi itu, maka ada hubungan erat. Alih-alih berempati, program televisi itu memanfaatkan momentum tersebut sebagai starting point untuk mengerek rating dan mendulang simpati dari sebagian kecil masyarakat yang sibuk mencari kesalahan dalam musibah al-Khoziny. Sambil menyemangati suara-suara minor di media sosial atas musibah tersebut, tayangan itu seolah hendak menjelaskan kepada pemirsanya, “praktik di pesantren seperti ini loh yang menjadi akar masalah.”

Walaupun yang menjadi objek adalah Pesantren Lirboyo, tayangan itu tidak sedang mendiskreditkan Pesantren Lirboyo semata. Akan tetapi, dia sedang meruntuhkan bangunan budaya dan nilai-nilai luhur pesantren secara keseluruhan dan dilakukannya secara sistematis. Dijadikannya Pesantren Lirboyo sebagai objek, karena televisi iut menyadari posisi Lirboyo merupakan salah satu pesantren tua, besar, dan sangat berpengaruh, khususnya di Jawa Timur yang diasuh oleh salah seorang ulama yang sangat disegani di lingkungan NU, KH Anwar Manshur.

Pilihan waktu tayang yang dibuat mendekati Hari Santri, 22 Oktober 2025 menegaskan asumsi tersebut. Hanya berjarak 9 hari dari Hari Santri, di mana para santri menyambut dengan riang gembira, tayangan itu sengaja men-down grade pesantren dengan cara menyajikan tayangan yang merendahkannya.

Sebagai lembaga penyiaran, media televisi tentu sadar betul isu yang tepat diangkat pada momentum tertentu. Di balik kepentingan membangun opini publik, tidak terkecuali di dalamnya ada pertimbangan rating. Menjelang Hari Santri, tentu saja isu yang tepat adalah mengangkat isu pesantren. Terlebih sudah ada pemantiknya, yaitu musibah yang menimpa Pesantren al-Khoziny.

Dalam komunikasi massa, teori ini disebut sebagai Agenda Setting. Teori ini menyatakan bahwa lembaga media dapat menentukan isu apa yang ingin mereka angkat ke dalam pemberitaan di media massa, tergantung pada agenda atau kepentingan mereka. Dalam teori ini, media juga berperan dalam mempengaruhi serta menentukan isu berita mana yang dianggap bagi audien (pemirsa)nya (Maxwell McCombs dan Donal L. Shaw, 1972).

Ada beberapa hal yang bisa diuraikan yang menjadi alasan televisi menayangkan tayangan tersebut. Pertama, nilai-nilai yang dipegang oleh televisi yang memang berbeda secara diametral dengan nilai-nilai yang tumbuh berkembang di kalangan pesantren. Dia hendak memaksakan nilai yang dipedomani dengan membenturkan nilai yang berlaku di kalangan pesantren. Dengan perspektif mereka, publik digiring untuk menghakimi nilai pesantren yang tidak sesuai dengan nilai yang dibawanya. Oleh karena itu, televisi tidak perlu melakukan klarifikasi dan tidak mencoba menyelami nilai pesantren karena memang nilai yang ingin dijejalkan kepada publik adalah nilai versi mereka sendiri.

Kedua, dengan dalih kebebasan berpendapat dan berekspresi sebagai nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat modern ala Barat, mereka hendak mengekspose budaya dan nilai-nilai pesantren yang berbeda dengan nilai yang dianutnya itu dengan harapan publik berdiri bersama mereka.

Ketiga, perusahaan televisi adalah entitas kapitalistik dalam industri. Kapitalisme itu tidak anti agama atau memusuhi agama. Dalam kapitalisme segala sesuatu dipandang sebagai komoditas, tidak terkecuali agama. Oleh karena itu, tayangan apapun, tarmasuk dakwah agama, harus disesuaikan dengan selera pasar. Tidak heran, walaupun kemasannya Program Keagamaan, muaranya adalah profit. Oleh karena itu, pesantren sebagai lembaga tempat mempertahankan nilai-nilai luhur, adab, dan kesantunan, di-framing secara negatif.

Keempat, dengan sumber daya yang dimiliki dan dukungan yang diharapkan dapat diraihnya, perusahaan televisi merasa yakin akan mampu menghadapi seandainya ada respon negatif dari masyarakat atas tayangannya. Keyakinan ini begitu kuat karena selama ini dia merasa aman dengan tayangan yang mendiskreditkan amaliah pesantren dan NU pada umumnya.

Jika ditelisik jauh ke belakang dari berbagai tayangan yang mendiskreditkan amaliah dan nilai-nilai Pesantren, maka dalam tayangan yang menghebohkan kali ini, televisi tampaknya sedang cek ombak (testing the water). Bukan tidak mungkin, jika respon publik landai dan biasa-biasa saja, program itu akan melakukan “gempuran” yang lebih dahsyat. Akan tetapi, kali ini mereka salah langkah dan salah perhitungan. Bukan dukungan publik, melainkan gelombang protes yang dihadapi yang sangat merepotkannya.

Dengan melihat historinya, sebagai lembaga penyiaran publik, program “Expose Uncensored” sama sekali mengabaikan asas-asas jurnalistik yang baik. Alih-alih mencoba untuk memahami dan mengapresiasi sebuah budaya dan nilai-nilai yang tidak dimengerti olehnya, program itu dengan pongahnya menghakimi pesantren seenaknya sendiri dengan nada kebencian dan permusuhan. Tidak ada sedikitpun sisi positif dari kehidupan pesantren.

Dalam tayangan yang menghebohkan itu, “Expose Uncensored” telah mengobrak-abrik prinsip bekerja dalam jurnalistik: akurat, objektif, adil, terbuka, dan independen. Akurasi informasinya sangat sumir. Mereka sangat subjektif karena memandang fenomena dari sudut pandang sendiri. Mereka tidak adil dalam menempatkan objek pemberitaan. Dalam menggali informasi, mereka tidak melakukan cover both sides demi untuk mendapatkan sajian informasi yang berimbang dan adil, bukan hasil kesimpulannya sendiri.

Patut dipertanyakan asal sumber beritanya. Bagaimana mereka bisa mengakses masuk ke dalam pesantren bahkan ke lingkungan pesantren putri. Izin apa yang dia ajukan untuk mendapatkan akses tersebut. Apakah sejak awal mereka tegas ingin menyatakan berita seperti yang tersaji dalam tayangan? Tampaknya ada agenda yang disembunyikan yang boleh jadi itu pesan sponsor yang membuat liputan menjadi tidak independen.

Dengan berbagai fakta ini jelas tayangan “Expose Uncensored” tidak sedang menjalankan kerja jurnalistik yang sehat. Mereka sedang menjalankan sebuah misi, dan misi itu adalah misi Jurnalisme Kebencian. Bahasa, narasi, dan simpulannya menunjukkan Jurnalisme Kebencian. Apa yang hendak mereka cari? Wallahu a’lam bis-shawab. (*)

Penulis: Syafi’i | Inspektur 3 pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama

Tags: JurnalismeKebencianpesantren
ShareTweet
Next Post
Ketua DPRD Madina Desak Pemda Evaluasi Perusahaan Kebun Sawit Bermasalah

Ketua DPRD Madina Desak Pemda Evaluasi Perusahaan Kebun Sawit Bermasalah

Discussion about this post

Recommended

Dirpolair Mabes Polri Sebut Penanganan Arus Mudik di Banten Jauh Lebih Baik

Dirpolair Mabes Polri Sebut Penanganan Arus Mudik di Banten Jauh Lebih Baik

3 tahun ago

Pengakuan Mantas Kades Terkait Perobohan Kantor Desa Gunung Tua Jae

6 tahun ago

Popular News

  • Kodim 0212/TS Tertibkan Lokasi PETI di Empat Kecamatan di Madina

    Kodim 0212/TS Tertibkan Lokasi PETI di Empat Kecamatan di Madina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dikenal Politisi Madina yang Vokal dan Peduli Masyarakat, Ir. Amin Daulay Tutup Usia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jelang Musda, KNPI Madina Audiensi dengan Bupati Saipullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • BLT Kesra Rp900 Ribu Cair Hari Ini, Cek Status Penerima di Situs Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peserta Fotografi Camp STAIN Madina Belajar Ekowisata dan Keragaman Hayati di TNBG

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Contact
  • Home
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

© 2025

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

error: Copyright Start News Group
No Result
View All Result
  • Home
  • Madina
  • Sumut
  • Newsline
  • Nasional
  • Newsline
  • Kabar Desa
  • Opini
  • Figur
  • Komunitas

© 2025