Kotanopan, StartNews – Senin pagi, 8 Desember 2025, bukanlah awal pekan yang biasa bagi Bupati Mandailing Natal (Madina) H. Saipullah Nasution. Di hadapannya terbentang jalur sepanjang 7,2 kilometer yang tidak ramah: jalan terjal, licin, dan penuh tantangan menuju Desa Batahan, Kecamatan Kotanopan.
Desa ini baru saja ‘bernapas’ kembali. Sebelumnya, Batahan sempat terisolasi total hingga akses darurat baru bisa ditembus pada Sabtu, 6 Desember 2025.
Tidak sendirian, Saipullah memboyong ‘pasukan lengkap’. Mulai dari perwakilan BNPB Herman, Kepala BPBD Madina Mukhsin Nasution, hingga para kepala dinas vital seperti Dinas PUPR, Dinas Kesehatan, Diskominfo, dan Satpol PP. Misi mereka satu, menembus keterisolasian dan memastikan negara hadir di tengah warga yang terdampak banjir.

Sesampainya di lokasi, pemandangan yang tersaji cukup mengiris hati, meski patut disyukuri tidak ada korban jiwa maupun rumah yang hanyut. Namun, alam telah mengambil bagian penting dari kehidupan warga Desa Batahan.
Sekitar 20 hektare sawah yang menjadi sumber pangan dan ekonomi warga telah lenyap disapu banjir. Lebih parah lagi, desa ini sempat lumpuh dalam gelap-gulita. Sebanyak 13 kincir air yang selama ini menjadi nadi kelistrikan desa, hanyut tak bersisa terbawa arus.
Menyadari hal ini, rombongan Pemkab Madina tidak datang dengan tangan kosong. Selain membawa sembako untuk kebutuhan perut selama sepekan, mereka juga membawa cahaya dan koneksi.
Sebuah genset berdaya 5.500 watt diturunkan untuk menghidupkan kembali listrik desa. Tak hanya itu, perangkat Starlink turut dipasang. Di tengah lembah yang sempat terputus itu, sinyal komunikasi kini memancar, sehingga memungkinkan warga mengabarkan kondisi mereka ke dunia luar.
Bupati Saipullah menatap aliran sungai yang menjadi biang keladi bencana. Dia sadar, perbaikan sekadar menambal tak akan cukup.

“Prioritas pertama adalah perbaikan jalan agar akses lebih mudah serta upaya memasukkan listrik dari PLN,” tegas Saipullah.
Dia juga memaparkan rencana besar untuk ‘menjinakkan’ sungai tersebut. Alirannya akan dipindahkan ke pinggir bukit menggunakan alat berat. Langkah ini penting agar hantamannya tidak lagi menggerus desa pada masa mendatang.
Terkait 20 hektare sawah yang hilang, Saipullah mengaku timnya sedang mengkaji solusi terbaik untuk pemulihan jangka panjang.
Di penghujung kunjungannya, ada momen emosional ketika Saipullah bertatap muka langsung dengan warga. Dia tidak memulai dengan pidato keberhasilan, melainkan sebuah permintaan maaf.
“Kami terlambat karena kondisi jalan yang tertimbun longsor,” ucapnya tulus.
Kalimat itu menutup kunjungan hari itu. Di balik lelah menempuh 7,2 km jalan terjal, ada janji perbaikan irigasi dan pemulihan yang kini mulai berjalan di Desa Batahan.
Reporter: Sir





Discussion about this post