KONDISI perdagangan daging sapi sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijiriyah khusus di Pasar Baru Panyabungan pada Minggu (30/3/2025) masih didominasi pasokan dari hasil peternakan sendiri.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, total sapi yang disembelih pada 30 Maret 2025 sebanyak 74 ekor. Sapi ini berasal dari beberapa sumber, yaitu: peternakan sendiri sebanyak 44 ekor (59,5%), pasokan dari luar Madina sebanyak 13 ekor (17,6%), dari pemasok lokal sebanyak 16 ekor (21,6%), dan pasokan dari pemerintah atau Dinas Pertanian sebanyak 1 ekor (1,4%).
Mayoritas sapi yang disembelih berasal dari peternak lokal atau sekitar 59,5%. Ini menunjukkan sebagian besar pedagang daging memiliki usaha peternakan sendiri. Namun, ada juga ketergantungan terhadap pasokan dari luar wilayah Mandailing Natal sebesar 17,6% dan dari pemasok lokal sebesar 21,6%.
Jumlah pedagang daging sapi musiman di Pasar Baru Panyabungan pada 30 Maret 2025 sebanyak 51 orang. Pada perdagangan hari ini, harga daging sapi tembus Rp170.000 per kilogram. Ada tiga hal yang kemungkinan memengaruhi harga daging sapi ini.
Pertama, total sapi yang disembelih sebanyak 74 ekor. Ini menunjukkan pasokan daging masih kurang dibandingkan permintaan pasar. Kedua, ketergantungan pada pasokan luar daerah sebanyak 17,6% dari total sapi yang berasal dari luar Kabupaten Mandailing Natal. Hal ini bisa meningkatkan biaya distribusi dan transportasi, sehingga memengaruhi harga jual. Ketiga, pedagangnya adalah pedagang musiman, maka harga daging mungkin mengalami lonjakan karena meningkatnya permintaan pada waktu-waktu tertentu, misalnya menjelang Hari Raya.

Kajian Kebijakan untuk Pemkab Madina
Berdasarkan hasil analisis tersebut, ada beberapa kebijakan yang dapat diambil untuk meningkatkan stabilitas pasokan dan harga daging sapi. Pertama, penguatan peternakan lokal dengan cara pemberdayaan peternak lokal dan penguatan kemitraan.
Kedua, regulasi harga maksimum dan skema stabilisasi pasokan. Pemerintah bisa menetapkan harga batas atas dan batas bawah berdasarkan biaya produksi dan margin yang wajar bagi pedagang.
Ketiga, meningkatkan peran Dinas Pertanian/Peternakan. Pemerintah daerah bisa lebih aktif dalam mendukung distribusi sapi kepada pedagang atau koperasi untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah.
Metode Analisis
Analisis tersebut didukung oleh dua metode ilmiah yaitu dengan Metode Analisis SWOT dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil survei pedagang daging sapi musiman di Pasar Baru Panyabungan dapat dijelaskan sebagai berikut dengan menggunakan metode ilmiah.
Motode Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Strengths (Kekuatan)
- Mayoritas sapi yang disembelih berasal dari peternak lokal (59,5%), menunjukkan ketahanan peternakan lokal.
- Jumlah pedagang daging sapi musiman cukup banyak (51 pedagang), menandakan adanya peluang usaha yang kuat.
- Pasar memiliki permintaan yang stabil terutama saat momen tertentu (musiman).
Weaknesses (Kelemahan)
- Ketergantungan pada pasokan dari luar daerah sebesar 17,6% yang menyebabkan biaya distribusi tinggi.
- Harga daging sapi tinggi (Rp170.000/kg), yang bisa mempengaruhi daya beli masyarakat.
- Peternakan lokal belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan pasar, sehingga perlu peningkatan produksi.
Opportunities (Peluang)
- Penguatan peternakan lokal dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah.
- Pemerintah dapat menerapkan regulasi harga dan skema subsidi untuk mendukung peternak dan pedagang lokal.
- Digitalisasi sistem distribusi dan informasi harga dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi.
Threats (Ancaman)
- Fluktuasi harga yang tidak stabil akibat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.
- Ketergantungan pada pasokan luar daerah dapat menyebabkan lonjakan harga saat distribusi terganggu.
- Persaingan dengan daerah lain dalam pasokan daging bisa mempengaruhi keberlanjutan usaha pedagang lokal.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode AHP digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan yang paling efektif dalam meningkatkan stabilitas pasokan dan harga daging sapi.
Berikut struktur AHP untuk kasus ini:
Kriteria yang dipertimbangkan
- Ketahanan pasokan berguna untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah dan meningkatkan produksi lokal.
- Stabilitas harga berguna untuk mencegah lonjakan harga akibat fluktuasi pasokan.
- Efisiensi distribusi berguna untuk mengoptimalkan rantai pasok agar biaya distribusi lebih rendah.
- Dukungan terhadap peternak dan pedagang bertujuan untuk memberikan bantuan dan regulasi yang menguntungkan.
Alternatif kebijakan
- Penguatan peternakan lokal.
- Penyediaan modal dan subsidi bagi peternak.
- Penyediaan pakan murah untuk menekan biaya produksi.
- Regulasi harga dan skema stabilisasi pasokan
- Penetapan harga batas atas dan bawah.
- Sistem penyimpanan daging untuk mengatasi lonjakan permintaan.
- Meningkatkan peran Dinas Pertanian
- Peningkatan distribusi sapi kepada pedagang lokal.
- Penyediaan vaksinasi dan pencegahan penyakit ternak.
- Optimalisasi rantai pasok dan digitalisasi pasar
- Sistem informasi harga berbasis digital.
- Revitalisasi pasar induk daging sapi agar rantai distribusi lebih efisien.
Perbandingan Bobot Kepentingan
Berdasarkan analisis AHP, bobot setiap kriteria dapat ditentukan dengan skala berikut:
- Ketahanan Pasokan (40%).
- Stabilitas Harga (30%).
- Efisiensi Distribusi (20%).
- Dukungan terhadap Peternak dan Pedagang (10%).
Kesimpulan AHP
Dari hasil perhitungan bobot AHP, Penguatan Peternakan Lokal adalah kebijakan dengan prioritas tertinggi (0.85), diikuti oleh Regulasi Harga dan Stabilisasi Pasokan (0.80) serta Peningkatan Peran Dinas Pertanian/Peternakan (0.80).
Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan AHP:
- Fokus utama harus pada penguatan peternakan lokal, termasuk pemberian subsidi dan modal bagi peternak agar produksi meningkat dan ketergantungan pada pasokan luar berkurang.
- Regulasi harga harus diterapkan secara optimal, dengan skema stabilisasi pasokan agar harga tetap terkendali.
- Peran Dinas Pertanian dan Peternakan harus diperkuat, terutama dalam distribusi sapi dan penyediaan vaksinasi.
- Digitalisasi rantai pasok bisa menjadi langkah pendukung untuk meningkatkan transparansi harga dan distribusi daging sapi.
Kesimpulan Akhir atau Perpaduan Metode Analisis SWOT dan AHP
- SWOT menunjukkan bahwa peternakan lokal memiliki potensi kuat, tetapi masih ada tantangan dari sisi pasokan dan harga.
- AHP mengidentifikasi bahwa penguatan peternakan lokal adalah prioritas utama untuk meningkatkan stabilitas harga dan pasokan.
- Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal perlu mengadopsi pendekatan terpadu mulai dari pemberdayaan peternak, regulasi harga, hingga optimalisasi distribusi daging sapi.
Dengan penerapan strategi yang tepat, diharapkan harga daging sapi dapat lebih stabil dan ketahanan pasokan di Kabupaten Mandailing Natal dapat terjaga. (*)





Discussion about this post